Karena Momen Bersama Anak Begitu Sayang untuk Dilewatkan

Karena Momen Bersama Anak Begitu Sayang untuk Dilewatkan – Kehidupan seorang ibu memang sangat kompleks. Semua pasti memahami hal tersebut. Hanya saja seringkali diwarnai dengan kasus-kasus yang menjadi trending topic di media sosial. Baik itu yang menyerang dari segi pola pikir ataupun dari cara bersikap. Apalagi jika hal tersebut berupa penanganan saat anak menderita sakit.

Ya, tak sedikit ibu-ibu yang menjadikan media sosial sebagai tempat mencurahkan kesedihan saat anak sakit. Berbagai tanggapan pun bermunculan. Lantas, apakah itu bisa menenangkan sang ibu dengan ragam komentar tersebut? Hmm… beruntung kalua iya. Seringnya sih malah tambah bingung karena banyak pendapat yang masuk.

Padahal jika kita mau sedikit flashback, anak sakit pasti karena ada sebab yang menyertainya. Memang sih sakit itu datang dan pergi atas izinNya, namun sebagai manusia yang diberikan akal, kita bisa melihat faktor-faktor penyebab dari lingkungan sekitar. Sebagai pengalaman pribadi yang selama kurang lebih 3 tahun membersamai anak, banyak faktor yang bisa menjadikan si kecil Salfa harus absen bermain dan belajar karena dilanda sakit, diantaranya:

Terlalu Sering Mengajaknya ke Event

Saya akui bahwa sebagai blogger, menghadiri sebuah event adalah ajang me time untuk saya pribadi. Namun, saya juga tidak lupa membawa Salfa. Karena ini sudah kesepakatan saya dan suami bahwa kebebasan saya keluar rumah untuk tujuan pekerjaan sebagai blogger ataukah buzzer, tidak boleh meninggalkan anak di rumah sampai usia tertentu. Otomatis, kemanapun saya pergi, Salfa adalah partner sejati. Kebersamaan ini membuat saya menjadi hafal kapan harus berhenti sejenak untuk mengikuti event karena Salfa harus istirahat, meskipun pernah dalam kondisi demam karena flu saya memaksakan diri untuk hadir ke event. Alasannya? Not for public.

Jarang Keluar Rumah

Kebalikan dari kondisi di atas, jika Salfa justru jarang saya ajak keluar rumah, baik itu ke taman atau ke tempat yang kids friendly, maka sakit pun bisa menderanya. Mungkin karena bosan dengan ritme bermain dan belajar di rumah. Dan itu memang menjadi PR saya pribadi dan suami untuk melihat waktu-waktu khusus untuk mengajak Salfa keluar rumah. Baik itu sekadar dinner atau mungkin berkeliling sekitaran tempat tinggal dengan motor serta menjadikannya sebagai family project yang tidak hanya menyenangkan si anak, tetapi orangtua juga enjoy dengan aktivitas tersebut.

Mengkonsumsi Makanan yang Tidak Bervariasi

Pencernaan usia balita belumlah stabil layaknya orang dewasa. Tidak semua makanan yang orang dewasa bisa konsumsi, juga bisa diberikan ke anak balita. Begitupun Salfa yang sejak MPASI sudah menunjukkan tanda-tanda picky eater. Hanya bahan makanan tertentu yang ingin dimakan. Dan kondisi tersebut pastinya membuat kondisi tubuh tidak sekuat anak-anak lainnya.

Belum lagi jika mogok makan alias hanya ingin main saja. Diberi makan alasannya selalu kenyang. Disuap dengan sedikit paksaan, akhirnya malah makanan dilepeh. Jika sudah terjadi seperti ini berhari-hari, maka penyakit gampang masuk. Entah itu sakit perut karena masuk angin atau diare karena yang masuk hanya susu.

Tidur Tidak Teratur

Saya merasakan sekali bagaimana perjalanan keseharian Salfa saat waktu tidur dipatuhi dengan tidak. Jika waktu tidur dipatuhi, maka bisa dipastikan semua akan berjalan dengan lancar. Namun, jika waktu tidur terganggu, maka Salfa akan mudah mengalami gangguan (baca: ngelindur) saat tidur malam. Kondisi tidur yang terganggu seperti ini membuat nafsu makannya berkurang. Kalua sudah malas makan dan fisiknya selalu dibuat untuk bergerak kesana-kemari (baca: anaknya aktif luar biasa), pastinya akan mudah jatuh sakit.

Membersamai Anak adalah Kehangatan yang Tak Tergantikan

24 jam waktu sebagai ibu, benar-benar luar biasa. Seringkali pekerjaan rumah ada di urutan kesekian hanya karena waspada dengan anak yang aktif seperti Salfa. Apalagi dunia anak adalah dunia bermain, maka mau tidak mau orangtua harus memahami dan sebisa mungkin terjun tanpa merasa terbebani. Dan kenyataannya anak aktif tidak akan pernah diam sebelum mereka tertidur. Bahkan tidur pun biasanya masih “aktif (baca: gerak sana gerak sini)” di atas kasur. Dan ini bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan.

Keberadaan ibu dan ayah membersamai anak adalah kebahagiaan yang tergambar dari cara anak bersikap, tertawa bahkan dari binary tatapan matanya. Begitupun dengan Salfa. Karena sekarang sudah bisa bicara banyak hal, maka eskpresi sedih, senang, marah dan sakit pun sudah mampu diungkapkan dengan baik kepada kami.

Bagaimana Menyikapi Anak yang Sakit?

Sejak bayi, Salfa sangat diproteksi oleh mbah-nya. Kadang bingung sendiri ketika di usia yang masih kurang dari 1 tahun dan diserang penyakit influenza yang disertai demam, karena penjagaannya pasti semakin ketat. Saya sendiri merasa kurang bebas bereskplorasi ketika dikekang sana-sini tanpa diberi kebebasan untuk bersikap saat anak sakit. Apalagi kalua Salfa sakit, manjanya bisa sangat membuat saya tidak bisa bergerak sedikitpun menjauh darinya. Dan yang paling sering dialami Salfa (dan semoga tidak lengket kayak perangko) adalah flu yang selalu bergandengan dengan demam.

Karena informasi semudah membalikkan telapak tangan untuk mendapatkannya, maka ketika Salfa flu , saya pun tidak terbawa panik yang berlebihan. Banyak kawan yang merekomendasikan pengobatan luar sebelum berkunjung ke dokter. Belum lagi usia balita memang sebaiknya tidak sering berhubungan dengan obat-obatan paten.

Flu disertai demam pada anak biasanya disebabkan sistem kekebalan tubuh sedang bekerja melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Prosesnya ada yang cepat dan ada juga yang lama. Dan alhamdulillah seringnya Salfa termasuk pada proses turun demamnya yang cepat.

 

Kok bisa seperti itu? Jadi nggak dibawa ke dokter? Ya, pertanyaan ini pernah terlontar karena begitu tahu Salfa ada gejala flu dengan ditandai demam hari ini, besoknya sudah terlihat main di luar rumah. Jawabannya satu, saya selalu membersamai Salfa dengan Transpulmin sejak bayi, bahkan saat usianya sudah jelang 3 tahun pun, Salfa masih cocok menggunakan Transpulmin BB Balsam, padahal kini sudah ada Transpulmin Family Balsam yang bisa dipakai untuk dari anak yang sudah berusia di atas 2 tahun hingga dewasa.

Mengapa Percaya dengan Transpulmin?

Kalau ditanya dengan pertanyaan di atas, maka dengan mudah saya jawab, karena anak saya memang cocok dan nyaman selama ini. Eh, tetapi nanti disangkanya pesan sponsor, haha… Padahal Transpulmin memang memiliki banyak keunggulan yang tidak menimbulkan efek samping saat digunakan. Beberapa alasan percaya pada Transpulmin BB Balsam dan saat ini Transpulmin Family Balsam, bisa dicek pada infografis berikut ini:

Komposisi Transpulmin BB Balsam dan Family Balsam

Dengan manfaat memberikan kehangatan pada anak sebagaimana saat membersamainya, tentu Transpulmin didukung oleh komposisi bahan yang juga dibutuhkan. Dan Transpulmin memadukan komposisi disesuaikan dengan usia si kecil, dan karena Salfa sudah usia di atas 3 tahun, maka khasiat Transpulmin Balsam akan semakin terasa, sebagaimana kehangatan Transpulmin BB Balsam ketika masih bayi dulu.

Berikut komposisi Transpulmin yang membuat saya susah move on:

Info Lebih Lanjut Soal Tranpulmin BB dan Family Balsam

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Transpulmin, baik yang BB Balsam atau Family Balsam, bisa cek ke media sosial berikut:

Well… bagaimanapun kondisi anak kita, hadirnya sosok Ibu akan selalu memberikan kehangatan yang selalu tersampaikan ke dalam jiwa anak sebagai kasih sayang yang tak ternilai dengan apapun. Entah waktu akan berapa lama lagi memberikan kesempatan untuk kita membersamai mereka.

0 Shares:
6 comments
Leave a Reply to Rahmi Aziza Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like