Anak Minta Baju Lebaran, Bolehkah?

Anak Minta Baju Lebaran

“Bun, Lebaran besok pakai baju apa?”

“Pakai baju yang di lemari itu, Nduk. Sudah bunda setrika dan digantung di lemari.”

“Ouh baju yang tahun lalu?”

“Iya, masih muat ‘kan?”

“Masih sih tapi sudah agak cingkrang dikit.”

“Nggak apa-apa karena cuma dipakai di hari Lebaran saja. Itupun cuma beberapa jam. Setelahnya ganti.”

“Boleh gak beli yang lain, Bun? Sekalian buat pakai ngaji.”

“Coba bunda lihat dulu ya.”

“Lihat apa Bun?”

“Yaa lihat budget ada atau enggak beli baru.”

***

Memang agak gimana gitu kalau anak minta baju Lebaran di saat budget sangat menipis. Belum pulang kampung yang pastinya membutuhkan banyak dana. Biaya perjalanan tidak main-main karena untuk kenyamanan tiga anak.

Namun, beruntung sekali karena anak sulung bisa diajak diskusi meski sebenarnya nada bicaranya sedikit memaksa. Begitulah saya dulu, juga begitu ke bapak kalau minta sesuatu. Bapak pun senang karena anaknya mau mengungkapkan apa isi hatinya. Tidak diam manut begitu saja.

Anak Minta Baju Lebaran

Jadi, bapak dulu itu mengajarkan saya untuk menimbang sebelum membeli. Apalagi kalau sedang punya uang yang berlebih. Jika di saat uang pas-pasan bisa menimbang mana penting mana tidak, mengapa saat berlebih tidak mampu. Harusnya kan lebih bisa untuk itu.

Nah, berikut beberapa pertimbangan jika anak meminta baju Lebaran sebelum kemudian dibolehkan:

Anak Butuh atau Sekadar Ingin

Seperti yang sudah saya sampaikan di awal bahwa anak butuh atau ingin itu memang perlu ditelusuri. Nah, seperti kasus anak saya yang bajunya sudah agak cingkrang membuatnya berani mengajukan penawaran untuk beli baru.

Jika memang demikian, sudah saatnya kita beli karena memang pertumbuhan anak sangat cepat. Apalagi kalau asupan gizinya selalu terjaga, tentu tumbuh kembangnya akan terus meningkat.

Tidak Butuh tetapi Reward Setelah Puasa Penuh Sebulan

Apakah dalam kasus ini harus dibelikan? Hmm, kalau saya pribadi diskusi dengan anak dulu. Kalau perlu ajukan penawaran lain sebagai reward. Jika memang dari awal tidak ada perjanjian apa-apa, bisa diingatkan kembali. Hal ini agar anak memiliki pondasi yang kuat sejak awal.

Puasa karena apa? Puasa mau dapat apa? Yaa setidaknya begitu…

Kalau anak sulung saya ternyata bisa diajak diskusi mengganti baju Lebaran dengan benda lain yang sekiranya sangat dibutuhkan untuk keperluan sekolah. Makanya tidak perlu khawatir anak menganggap kita tidak menepati janji sebab kita mengajukan penawaran lain.

Hadiah Lebaran tidak selalu harus baju, bukan? Ajak anak diskusi dengan perlahan supaya kesannya kita tidak menyetujui permintaannya.

Beli yang Size-nya Lebih Di Atas Sedikit

Ini juga bisa dipertimbangkan. Coba cari baju yang bisa ditekuk bagian bawahnya tetapi tidak mengubah bagian lingkar dada. Lingkar dada yang longgar tidak masalah karena tidak akan menjadi pusat perhatian. Beda dengan panjang baju yang terlihat jika kepanjangan atau kependekan.

Nah, kebetulan bertemu dengan penjual baju yang panjangnya bisa ditekuk tetapi panjang lengan dan lingkar dada masih aman. Lagipula anak tumbuh dan berkembang selama setahun tidak akan terlalu signifikan apalagi kalau perempuan.

Cari Padu Padan yang Masih Bisa Menggunakan Baju Lama

Kasus anak saya adalah bajunya cingkrang alias kependekan. Nah, salah satu triknya adalah membelikan dalaman berupa celana panjang yang akhirnya baju lama bisa jadi tunik. Dari sini pengeluaran beli baju bisa ditekan karena hanya membeli bawahan saja.

Kalau budget berlebih sih boleh saja membelikan lagi satu set baju yang baru. Namun, perhatikan poin sebelumnya ya sebelum membeli.

***

Well, seberapa penting anak beli baju Lebaran maka semua tergantung seberapa butuh anak akan baju tersebut. Jika memang baju tahun lalu sudah tak cukup, jangan dipaksakan untuk tetap dipakai karena menjaga kehormatan anak juga di depan orang lain, meski itu adalah keluarga sendiri.

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like