Saya pernah cemburu melihat kedekatan teman saya dengan ibunya. Saya bahkan menangis melihat teman seringkali diajak tamasya di saat liburan sekolah. Saya sering menjauhi teman karena melihat dia membawa apa saja yang dibelikan orang tuanya. Ya, saya dulu seperti ini karena memang hubungan dengan orang tua tidak seharmonis dilihat orang lain.
Namun, saya bersyukur karena dari lingkungan tersebut saya belajar bahwa kelak ketika juga diberi kesempatan menikah dan punya anak, tidak akan melakukan hal yang sama dengan anak-anak saya. Mereka harus mengetahui bahwa ibunya adalah tempat terbaik mereka pulang.
Masa lalu yang pahit bukan untuk diwariskan. Justru dengan masa lalu itu kemudian menjadi pelajaran berharga. Jadi rambu agar tidak mengulangi hal yang sama, semua demi kebahagiaan diri sendiri dan tentunya anak-anak.
Mungkin yang namanya positive parenting, sebuah metode pengasuhan di mana berusaha melakukan hal baik dan meminimalisir hal buruk yang memang kadang sulit dihindari terjadi. Berikut beberapa hal yang termasuk positive parenting sesuai dengan pemahaman dan pengalaman bersama tiga anak:
Selalu Berusaha Mendengarkan Anak
Apa pun yang anak sampaikan, baik itu lucu, sedih atau mungkin hanya sebuah imajinasi, berikan waktu dan telinga untuk mendengarnya dengan saksama. Berikan kesempatan bagi anak untuk menjadikan orang tua tempat untuk bercerita apa saja. Jika sudah seperti ini, anak akan merasakan bahagia berada di dekat orang tuanya setiap hari.
Anak butuh didengar begitu juga kita orang tua demikian. Jika kita sudah mampu menjadi pendengar yang baik, maka anak-anak pun akan mudah mengikuti hal baik tersebut.
Ciptakan Batasan yang Tepat
Akrab dengan orang tua bukan berarti tidak ada batasan. Anak tetap harus tahu batasannya sebagai anak. Begitu juga orang tua harus menghargai itu. Anak diberikan kebebasan bermain, bercengkerama dan apa saja dilakukan bersama. Namun, ada kalanya anak tidak boleh mendekat atau bahkan mengganggu karena terkadang orang tua butuh yang namanya ruang bergerak dimana hanya dipahami oleh orang dewasa.
Orang tua juga begitu, harus membatasi diri ketika menginginkan anak untuk bermain bersamanya. Jika anak sudah merasa lelah dan ingin tidur misalnya, maka berikan kesempatan itu.
Memberi Anak Waktu untuk Belajar dari Kesalahan
Anak berbuat salah kemudian diomeli habis-habisan dan tidak dimaafkan selamanya, tentu bukan sikap orang tua yang baik. Jika anak melakukan kesalahan, diskusi dengan baik dan ceritakan pada anak bahwa kesalahan itu tidak baik diulangi karena akan berdampak buruk.
Anak perlu dijelaskan dan diberi waktu untuk menyadari kesalahan sehingga tidak mengulangi lagi hal yang sama kemudian. Anak akan merasa diberi kesempatan untuk berubah jadi lebih baik, dipahami dan dibimbing menjadi lebih baik.
Say NO in Best Place
Tidak semua yang anak inginkan bisa dituruti oleh orang tua. Jangan paksakan selalu mengatakan YES agar anak belajar menghadapi situasi saat sekelilingnya berkata NO. Orang tua harus mampu menjelaskan bahwa memberikan NO dengan alasan yang masuk akal si anak. Anak juga diajak untuk berpikir dampak tidak diberikan atas semua yang diinginkannya.
***
Well, ada banyak cara membuat anak dekat dengan orang tua. Ada banyak cara pula membuat orang tua tetap bisa mengatur anak tapi anak merasa bahagia. Selalu tanamkan bahwa anak dan orang tua adalah teman, sahabat, pelindung dan hal-hal positif lainnya maka anak akan tumbuh dan berkembang lebih baik di masa depan.
