Cara Memahamkan Anak tentang Kalah Menang Lomba

cara memahamkan anak kalah menang dalam lomba

Salfa, anak sulungku yang selalu berusaha yang terbaik dalam kesehariannya hari ini sedang diuji ketangguhannya. Ya, hari ini dia mengikuti lomba Bahasa Inggris tingkat kelas 2 SD. Sayangnya, saya tidak bisa mendampingi karena ada acara yang juga sudah dijadwalkan berbarengan dengan waktu lombanya.

Untungnya suami sedang tidak sibuk orderan sehingga bisa menemani Salfa ikut lomba. Berangkat bertiga bersama adiknya, Salfa masuk ke arena lomba. Suami menceritakan semua kondisi yang terjadi. Saya langsung pesimis sebenarnya ketika suami mengabarkan kalau Salfa mengumpulkan hasil tes-nya sedikit lebih lambat dari biasanya. Hal ini berkaitan dengan penilaian juga. Meski nilai sama tinggi tetapi kalah cepat tetap akan kalah.

Dan benar, saat pengumuman namanya tidak keluar sebagai pemenang. Saya sudah bersiap memberikan semangat kepadanya sambil menunggu skor penilaian di-share penyelenggara lomba. Ya, saya suka hal seperti ini karena keterbukaan memang penting. Di samping itu pemberian informasi nilai juga jadi bahan evaluasi saya sebagai orang tua sekaligus pengajar bahasa Inggris Salfa di rumah. Ya, sejak balita memang Salfa sudah senang dengan bahasa ini. Mungkin karena ada gen kakeknya yang ikut turun bersama dengan gen saya.

cara memahamkan anak kalah menang dalam lomba

Hasil menunjukkan memang nilainya tertinggi kedua tetapi karena ada yang lebih cepat mengumpulkan maka posisinya berada di atas Salfa. Saya yang melihatnya sudah bersyukur. Dari 40 soal cuma 2 nomor yang salah. Otomatis cuma dapat 90 (dengan perhitungan sesuai metode penyelenggara tentunya). Saya yang melihat angka akhir dari hasil kerja Salfa sudah sangat bangga meski dia kalah kali ini. Bagi saya sudah sangat bagus karena yang salah pun memang sedikit rumit untuk ukurang anak SD Kelas 2. Perlu waktu tambahan untuk mengajarkannya lagi.

Alhasil Salfa mundur ke belakang arena lomba dan menangis. Saya pun kaget. Saya pikir dia sudah rela karena tahu kalau sedikit lebih lambat mengumpulkan. Ternyata namanya anak kecil tetap bisa mewek. Maka kubiarkan menangis di sandaran saya. Pemandangan di lokasi pun terlihat beberapa anak juga menangis karena kalah.

Nah, saat seperti ini saya tidak menyampaikan satu kalimat pun kecuali:

“Menangis saja, keluarkan air mata sedihnya. Setelah sudah puas, bersihkan mukanya lalu kita pulang.”

Ya, detik-detik pengumuman saya menyusul ke lokasi untuk melihat antusias peserta lomba dan ternyata jauh lebih banyak dari yang saya bayangkan.

Setelah selesai menangis, Salfa pun mengajak pulang. Dalam perjalanan pulang, saya dan ayahnya mengucapkan kalimat-kalimat berikut:

“Tidak selamanya menang, Nak. Ada kalanya kalah karena banyak faktor, yaa salah satunya kamu lebih lambat mengumpulkan ke juri.”

“Nanti dicoba lagi. Latihan lebih keras lagi supaya bisa lebih cepat mengerjakan soalnya.”

Salfa pun diam dan mengangguk. Namun, beberapa saat kembali ceria lagi karena ditawari ayahnya beli Siomay. Sebenarnya yang pengen banget sih si Ayah, haha. Siomay memang makanan kesukaan Salfa dan ayahnya. Suasana pun berangsur kembali seperti biasa. Bahkan sampai rumah tangisannya cuma sesaat dan dilanjutkan mengerjakan PR sekolah yang dikumpulkan Senin besok.

Sejauh saya bercerita di sini apakah sudah bisa menyimpulkan cara kami memahamkan Salfa tentang kalah dan menang?

***

Well, semoga anak-anak kita mampu menerima setiap kondisi yang mereka harus jalani. Setiap orang tua harus berada di samping mereka untuk mendukung dan memberikan semangat serta harapan bahwa kelak masih ada rintangan lebih besar lagi yang harus siap dihadapi. Sebab di dunia ini tidak ada keberhasilan abadi, maupun kegagalan yang terjadi setiap hari.

0 Shares:
24 comments
  1. Enggak gampang menjelaskan soal kalah-menang ini. Bagi beberapa anak bisa lebih mudah dari yang lain. Yang penting memang pendampingan ini, sih. Sebuah penghargaan yang lebih bernilai bagi anak saat melewati setiap jungkir-balik fase hidup

  2. Ah bener banget untuk mengajarkan kalah menang pada anak. Karena dalam hidup pun segalanya tidak selalu berhasil layaknya menang lomba.

    Kesedihan anak juga perlu divalidasi, bukannya langsung dibilang “halah gitu aja nangis..”. Padahal mereka kan sedih beneran yaa…Setelah puas sedih, malah jadi nggak nyisa sbg emosi negatif yg terpendam.

  3. anak-anak belum paham konsep menang kalah harus legowo. Di kepala mereka yang ada cuma menang itu bagus, kalah jelek. Saya biasanya sebelum berlomba sudah doktrin anak-anak murid saya yang ikut perlombaan. Jadi 3 menit sebelum mereka masuk area lomba, saya biasanya kasih doktrin ke mereka, “Ingat, Nggak usah mikirin hasil, hasil itu tergantung dari usaha dan taldir kita. Sekarang yang harus kalian fokuskan adalah lakukan yang terbaik. Jadi kalaupun kalah kalian sudah usaha maksimal.”
    Tapi ya tetap saya suruh anak-anak pasang target juara 1… xixixixi

  4. Ya begitulah, namanya juga kompetisi. Anak2 ada yang masih belum bisa paham dan menerima kekalahan. Pelan2 dijelaskan, sekalian kita beri apresiasi atas keberaniannya mengikuti perlombaan. Yang penting sudah ikhtiar, hasil mengikuti.

  5. Siap menang dan siap kalah, ini memang mesti dipahamkan pada anak yang mau ikut berlomba. Sikap orang tua saat anak menang ataupun kalah, juga sangat berpengaruh pada jiwa anak.

    Sudah dapat sepiring siomay, Salfa udah ceria lagi kan mbak?

  6. Wah, seumuran dengan puteriku juga mbak.. anakku juga jiwa kompetisinya tinggi, haha..kan belajar bahasa inggrisnya pakai duolingo kalau salah nyawanya berkurang terus dia sedih, alhamdulillah sekarang udah lebih baik, bisa menerima ada salah dan kurang dan bahwa semua kadang ga sesuai harapan kita, PR juga nih buat ortunya hehe..

  7. Ah, suka dengan cara menenangkannya, terutama saat di belakang panggung. Tidak langsung mencoba menghilangkan perasaan sedihnya, tapi dengan menerima dan membiarkan perasaan sedih itu hadir dan memudah perlahan.

    Semoga Salfa terus berani mengikuti kompetisi yaa, karena kalah menang itu wajar dalam kompetisi. Menang jadi hadiah akan kerja keras kita, kalah jadi pengalaman dan pelajaran yang berharga.

  8. sepakat mba, perlu banget menanamkan pemahaman ini ke anak2. Dulu anak2ku jg sempat down klo kalah lomba trus jd males ga mau ikutan lagi meski buat seru2… trus ya pelan2 dikasih pengertiannya. tp memang hrs banget anak memahami bahwa its ok not to be ok

  9. wah ini sama kayak molly dulu pas ikut lomba nulis pas SD. Kalah melulu bikin kesel kan. Tapi ayah dan mimi tetep semangatin buat ikut lomba menulis dan kasih tips2 supaya menang, meskipun sering down hahaaa

  10. Halo mba. Kebayang Salfa sedih tapi kita sebagai orangtua memang baiknya memberikan yang terbaik kepada anak seperti pemahaman kalah dan menang. Menurutku, Salfa sudah menang karena dia sudah melakukan yang terbaik yang dia bisa lakukan

  11. Masya Allah, terima kasih sharingnya ya Bunda, emang kadang butuh pilihan kata buat ngomong ke anak, jangan sampai jsutru anak ajdi ciut akibat omongan ortunya. Kalo saya tetap selalu bilang terima aksih tiap ikutan lomba baik menang apa kalah, sebab udah mau ikutan aja itu udah juara loh

  12. memang kita harus infokan pahit getirnya kehidupan termasuk soal kalah dan menang ini ya Amma. Tidak selalu mudah but we have to do it so that the kids will be ready and more prepared in dealing with their lives in the future

  13. Benar banget kita harus disamping anak, bahkan main games kalah aja anakku ada nangisnya. Belajar menerima kalah dengan hati yang lapang dan berlatih lebih semangat lagi.

    1. MasyaAllah, ini sama banget kaya anakku, mbaak. Belum bisa menerima kekalahan. Meskipun sudah berulang kali ditekankan ke dia menang kalah itu biasa, misalpun kalah ya nggak masalah tapi dia masih susah banget. Cowok tapi auto nangis kalo kalah.
      Dan kami masih cari cara gimana biar dia bisa selow aja kalau ikut lomba. Karena segala cara rayuan dan nasihat belum mempan.
      Semoga aku juga bisa segera menemukan tricknya nih. Biar kalau ikut lomba bisa santai dan fun aja.

  14. jadi ingat anakku juga sempat merasakan momen kalah waktu ikut lomba puzzle di salah satu kampus swasta. memang sih kelihatan dia kecewa tapi ya itulah namanya lomba ada yang menang ada yang kalah yang penting dia sudah berani mencoba

  15. MasyaAllah, ini sama banget kaya anakku, mbak.
    Masih PR banget buat kami gimana bisa menenangkan dia kalau kalah lomba. Ya meskipun sebentar tapi pasti pakai sedih & nangis dulu, huhu. Belum bisa menerima kekalahan. Meskipun sudah berulang kali ditekankan ke dia menang kalah itu biasa, misalpun kalah ya nggak masalah tapi dia masih susah banget. Cowok tapi auto nangis kalo kalah.
    Padahal niat kami ya ikut lomba tu mengasah mentalnya dia yang penting.

    REPLY

  16. TOS dulu salfa sama Tante juga suka makan siomay aja gak pakai kol, kentang dan pare. Beruntung salfa punya bunda dan ayah. Tetap semangat jadi anak Sholeha dan jangan ngambek lagi kalau kalah.semangat ya cantik

  17. 2 anakku dulu sering ikut lomba, seru buat mereka. semua perasaaan jadi satu katanya. campur aduk but fun.
    cuma semenjak pandemi sampai skrg off, karena ga kekejar waktunya. kalau ditanya bakal mau gitu lagi nggak, jawabannya yg tau cuma anaknya >.<

  18. Aku sebelum anaknya ikut lomba selalu aku bilangin, kalah itu enggak apa-apa dan tidak semua hal kita harus menang. Dan aku ngasih tahunya juga harus berulang.
    Ya soalnya anak kecil kan maunya menang terus.

  19. Sampai sekarang membicarakan tentang kemenangan dan kegagalan sama anak memang harus disesuaikan dengan usianya ya. Alhamdulillah anak-anakku yang dulunya juga tampak sekali sedihnya saat ini sudah berkurang. Faktor usia juga sepertinya mempengaruhi ya, apalagi kalau dengar cerita bundanya semasa kecil juga suka ikut ikut lomba untuk mengasah keberanian dan kreativitas meskipun gak semuanya menang dan tetap ada gagalnya.

  20. MashaAllah~
    Kaka Salfa hebat sekali. Dengan mengikuti perlombaan, berarti kaka Salfa sudah yang paling unggul dari semua temen satu sekolah. Semoga kaka Salfa ilmunya bisa semakin bermanfaat untuk teman-teman yang ingin seperti kak Salfa.

    Barakallahu fiik, kak Salfa.

  21. Memang kalah adalah hal biasa. Kadang anak memang pengennya memang. Bagus juga sih sebagai orang tua nggak banyak menuntut tapi menuntun. Mudah-mudahan kalaupun kalah anak bisa menerima Dan nantinya nggak berkecil hati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like