“Bun, ayahnya mbak Rara meninggal ya? Kok kasihan. Lalu nanti siapa yang antar ke sekolah?”
Pertanyaan ini muncul ketika anak sulung saya tahu berita bahwa ada keluarga yang meninggal dunia mendadak. Sebenarnya kalau dalam agama tidak ada yang mendadak sih. Sebab semua sejatinya sudah tahu kalau bakal meninggal juga.
Hanya saja kehilangan seseorang yang menjadi sesak tersendiri ketika semuanya bergantung pada orang tersebut. Harusnya ‘kan bergantung sama Allah, bukan sama manusia. Namun, ketika anak-anak mendengar kalimat ini tentu masih akan sangat sulit memahami. Apalagi kalau usianya baru menjelang 10 tahun.
Meski paham soal kematian tetapi konsep kehilangan selamanya itu mungkin masih belum terasa mendalam bagi anak. Kalau kehilangan barang bisa bikin nyesek dan sedih berlarut-larut, tentu akan lebih nyesek ketika yang hilang itu adalah orang yang kita sayangi setiap waktu.
Lalu, bagaimana saya menjawab pertanyaan anak saya mengenai kondisi keluarga yang kehilangan sosok bapak di dalam keluarga? Saya pun berkata seperti ini, “Semua akan mengalami kondisi itu, sama seperti bunda yang juga pernah merasakan ditinggal bapak sendiri. Sakit kehilangan orang yang kita sayangi itu akan sembuh lukanya dibasuh keyakinan sama Allah.”
Berat ya. ayah bunda? Haha… saya juga berpikir demikian. Maka mungkin sepantasnya yang dilakukan orang tua ketika menghadapi kondisi anak bertanya tentang apa yang selanjutnya akan terjadi ketika kehilangan:
Kematian itu Pasti
Menjelaskan bahwa kematian itu memang pasti, semua makhluk akan mati. Sudah takdirnya demikian. Namun, waktu datangnya semua masih rahasia. Makanya dalam setiap agama diberikan pemahaman bahwa menjadi orang baik itu penting sebelum kematian datang.
Mau menghindar kemana pun kalau takdirNya sudah datang, mau berkata apa?
Tiap yang Ditinggalkan akan Dikuatkan
Saya menjelaskan bahwa setiap kondisi yang terjadi dalam hidup pasti ada saja yang terjadi. Nah, ketika kematian dan kehilangan orang terkasih itu tiba, maka yakinlah Allah menguatkan keluarga yang ditinggalkan. Tidak akan tega Allah memberikan beban ketika tak mampu dipikul.
Jadi, kalau kehilangan seseorang maka sudah harus siap mengubah strategi hidup dan juga mengajak anak untuk tetap survive bersama meski ada anggota keluarga yang sudah tidak akan bersama lagi.
Sedih Boleh tetapi Tenang
Menangis ketika ditinggal orang tersayang? Wajar. Namanya manusia bersedih karena yang terngiang adalah momen-momen indah saja, bukan?
Jadi, boleh menangis tetapi sewajarnya. Jangan sampai air mata anak bisa mengganggu perjalanan bagi yang sudah tiada. Anak pun harus selalu di-sounding bahwa menangis itu bisa dan wajar asal tahu bagaimana sikap yang baiknya.
Semua Orang Punya Masa Waktu di Dunia
Dunia itu akan hancur dengan kiamat. Maka pelan-pelan makhluk Allah diambil satu per satu dengan caraNya. Jika sudah habis masanya di dunia, maka tidak ada tawar-menawar Allah pasti perintahkan malaikat mencabut nyawanya.
Nah, anak-anak perlu tahu bahwa masa itu disebut umur dan tidak ada manusia yang tahu seberapa banyak kelak umurnya. Maka harus terus berusaha jadi anak baik.
***
Well, kematian memang pasti datangnya. Waktunya yang entah kapan tiba. Namun, ketika anak memahami kehilangan itu sebagai sesuatu yang hanya urusanNya, maka kehidupan baginya akan terus berjalan meski ada kesedihan.