Cara Menghadapi Emosi Anak Usia 2-3 Tahun

cara menghadapi emosi anak usia 2-3 tahun

“Bunda, aku enggak mau baju yang itu.”

“Biar aku saja yang buka.”

“Mbak, jangan ganggu mainanku.”

“Aaaaaaargggh, Bunda aku mau es krim. Sekarang!”

***

Pernah mendengar anak usia balita demikian? Atau mungkin sedang menghadapinya sekarang? Toss! Kita sama. Sekarang anak kedua saya dalam kondisi emosi yang meledak-ledak bahkan ngotot jika menginginkan sesuatu. Jika terjadi di rumah tidak masalah, tetapi terkadang terjadi di tempat umum dan itu rasanya membuat kesabaran makin menipis seperti tisu.

cara menghadapi emosi anak usia 2-3 tahun

Langkah Menghadapi Anak Usia 2-3 Tahun yang Emosi

Validasi Emosi Kita sebagai Orang Tua

Siapa sih yang melihat anaknya menangis, histeris dan mengamuk bisa tertawa bahkan tidur dengan tenang? Jika ada, mau dong resepnya, hehe. Namun, saya percaya bahwa orang demikian sudah menjalankan validasi emosi. Mengenal emosi kita sebagai orang tua lalu memahamkan anak dengan apa yang sedang dirasakannya.

Duduk Sejajar dengan Anak

Hal ini akan memberikan rasa perlindungan ke anak dan pelan-pelan di dalam pikirannya akan berupaya menangkap sinyal bahwa orang tuanya sedang berusaha memahaminya dengan baik.

Sampaikan ke Anak akan Emosinya

Maksudnya di sini, anak perlu diberitahu dengan cara bertanya:

“Kamu marah banget ya ini? Rasanya aaaaarggh gitu enggak?”

Dengan begini, anak akan pelan-pelan cerita perkaranya sehingga membuat dia seperti itu. Selain itu, anak jadi mengenal emosi marah, sedih dan kecewa dengan sikapnya yang demikian.

Biarkan Anak Menyelesaikan Tangisannya

Terkadang anak tidak ingin diganggu saat menangis maka biarkan saja dia menangis. Jika lelah, pasti akan berhenti dan di sinilah peran orang tua dalam menjelaskan tentang perasaannya seperti apa.

Beri Pelukan Jika Anak Mau

Kekuatan sentuhan dan pelukan bagi anak-anak memang sangat tinggi manfaatnya sehingga dianjurkan untuk menawarkannya kepada anak yang sedang sedih atau marah. Keduanya memberikan nilai tersendiri bagi anak dan orang tua pun akan merasa mengayomi anak-anaknya dengan baik.

***

Well, jangan pernah menyerah untuk terus mendampingi anak-anak kita. Sekarang memang telinga terkadang dibuat sakit karena teriakannya. Bahkan juga malu sama tetangga tetapi fase itu akan pergi sebagaimana kita orang tuanya berupaya memfasilitasi emosi anak-anak. Anak yang marah, histeris bahkan menangis ada sesuatu yang ingin diungkapkannya tetapi kelu. Sudah jadi tugas orang tua untuk memahaminya dengan baik.

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like