[Day 6] Games Bunda Sayang: Komunikasi Produktif

[Day 6] Games Bunda Sayang- Komunikasi Produktif

[Day 6] Games Bunda Sayang: Komunikasi Produktif – Yippie… sudah memasuki hari keenam tantangan Bunda Sayang. Nggak terasa banget deh bisa menjalani sampai hari keenam ini. Bagaimana dengan kondisi si Salfa? Hmm… like just usual… makin hari makin ada saja tingkahnya. And you know what, she always makes me feeling unbelievablewith her growth.

[Day 6] Games Bunda Sayang- Komunikasi Produktif

Hari ini ada kejadian yang membuat saya harus mengeluarkan kata-kata yang tidak seperti biasanya. Harus mampu mengatakan BISA di depan si Salfa agar semangatnya tidak patah di tengah jalan. Ya, hari ini Salfa meminta untuk main bersama anak ibu kontrakan. Hmm… kok ini aja harus diangkat? Alasannya adalah kondisi keluarga ibu kontrakan saya tidak begitu baik juga bagi perkembangan Salfa. Kebiasaan ibu kontrakan yang nonton sinetron, bicara kasar hingga selalu memerintah Salfa ambil dan itu ketika bermain bersama cucunya, membuat suami saya kurang suka.

Memang sih berinteraksi dengan lingkungan itu baik, tetapi jika caranya seperti itu Salfa akan terpengaruh dan usia Salfa memang waktunya meniru apapun yang dilihatnya. Dan pernah sekali waktu, Salfa pulang dengan wajah sedih sambil berkata:

Salfa: “Mulio itu apa, Nda?”

Saya pun tadinya tidak memahami maksudnya. Setelah ngomong itu, Salfa tidak mau diajak untuk jalan ke rumah ibu kontrakan. Nah, saya pun cerita ke ayahnya. Ayahnya pun bilang kalau Salfa sepertinya “diusir” karena kata mulio bahasa Jawa yang berarti “pulang”. Hanya saja saya tidak melakukan konfirmasi ke ibu kontrakan. Alasannya satu, saya tidak ingin cari musuh.

Nah, disitu saya kemudian akhirnya berusaha bicara dengan baik sama Salfa kalau keinginannya bermain besama cucu ibu kontrakan tidak selamanya akan saya izinkan. Bagaimana kalimat yang baik agar Salfa mengerti? Hmm… susah-susah gampang lho. Karena Salfa tipenya sulit menerima kenyataan, haha. Diberitahu sesuatu yang nggak boleh akan membuatnya menangis sampai suaranya akan memekakkan telinga. Jika sudah seperti itu, saya pun akan merasa bersalah kepada tetangga, terkhusus ibu kontrakan karena akan terganggu pastinya.

Maka jawaban saya pada Salfa seperti ini:

Bunda: “Fa, Salfa BISA bermain dengan adek Rafa (nama cucu ibu kontrakan). Tetapi hanya sejam saja ya. Jika Bunda sudah datang jemput, Salfa harus ikut Bunda pulang.”

Salfa: “Iya, Nda.”

Tadinya saya pikir ini akan berjalan mulus, tetapi ternyata tidak 100% karena saya masih harus membujuknya berkali-kali baru kemudian Salfa bisa beranjak. Saya bahkan harus berusaha mengalihkan perhatiannya dimana menggambarkan ada sesuatu yang menarik di rumah.

Hmm… saya berusaha untuk memberikan alasan seperti Rafa mau tidur jadi tidak boleh diganggu dan semacamnya agar Salfa mengerti dan mau diajak pulang.

Salam Bunda Sayang

0 Shares:
1 comment
  1. Memberi pengertian ke anak seusia Salfa emang ngga mudah sih mba. Soalnya umur segitu anaknya kritis, selalu bisa njaab dan beralasan. Udah ngalami jaman Thifa dulu, sampai sekarang juga 😀

Leave a Reply to Rahmi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like