Etika Ketika Anak Mengajak Temannya Bermain di Rumah

Anak Ajak Teman Bermain di Rumah

“Bun, saya boleh bermain ke rumah teman enggak?”

“Teman siapa?”

“Teman kelas, namanya si Fulanah.”

“Hmm, temannya saja yang ajak ke rumah kalau mau.”

***

Seringkali ketika anak minta ijin main ke rumah temannya, saya atau ayahnya mengucapkan kalimat tersebut. Bukan tidak memercayai anak tetapi menurut kami, usianya belum mampu untuk dilepaskan bermain tanpa pengawasan.

Apalagi kalau temannya sudah diberikan kebebasan memiliki gawai dari orang tuanya. Sungguh itu menambah was-was kami karena saat anak bermain dengan temannya otomatis bisa saja menikmati gawai tersebut tanpa filter jika dilepas begitu saja.

Makanya “ajak temannya main ke rumah” sementara menjadi cara kami mengawasi anak di usianya yang belum baligh.

“Ah, bunda parnoan ih. Anaknya kok gak diberi kepercayaan main sama temannya di luar.”

Hmm, sudah kenyang dengan respon seperti ini dari tetangga. Bahkan keluarga besar sendiri. Namun, balik lagi bahwa ini anak adalah tanggung jawab kami. Ada apa-apa, orang lain mana mau ikut bertanggung jawab, bukan?

Bahkan keluarga sendiri ada yang cuek ketika anak sakit hingga harus rawat inap. Apalagi kalau sudah dengan kasus berat. Bisa jadi sudah tidak dianggap keluarga. Kok bisa setega itu? Ya iya karena itu nyata terjadi di sekitar kami, makanya berani menjawab “Big No” kalau anak diberi kebebasan terus sehingga menjadi rutinitas.

Anak Ajak Teman Bermain di Rumah

 

Main ke Rumah, Tentu Harus Tahu Etika dan Aturan Main Sebuah Keluarga

Ya, saya setuju kalau mewajibkan anak mengikuti adab bertamu dan bermain di rumah temannya, tetangga begitu juga sebaliknya, di rumah kami juga ada aturan. Aturan ini juga tidak lain agar kita sebagai orangtua tidak tambah pusing dengan aktivitas yang tentu mengganggu sedikit rutinitas yang biasanya dilakukan karena ada teman anak bermain.

Berikut beberapa aturannya:

Tahu Waktu yang Pantas

Bermain di saat waktunya makan, tidur siang atau aktivitas penting yang sudah disepakati bersama sesama anggota keluarga kemudian haris terhenti karena ada teman bermain ke rumah memang agak sedikit tidak nyaman. Namun, jika sesekali tidak masalah. Apalagi jika ada tugas urgent dari sekolah.

Pastikan saja datang pada jam wajar bertamu apalagi untuk bermain.

Tidak Masuk Kamar, Kecuali… 

Ya, saya mengijinkan temannya anak bermain di kamar asalkan masih sama-sama perempuan, pintu tetap terbuka dan memang untuk melakukan kegiatan seperti rebahan sejenak atau mau salat misalnya. Ini tidak apa-apa.

Itu pun jumlah teman juga terbatas karena kamar anak kami kecil. Maklum masih kontrakan jadi belum bisa seleluasa itu mengatur luas kamar sendiri. Selain itu, saya juga memastikan sudah mengenal kedua orangtua teman anak tersebut sehingga masih aman memebrikan ijin masuk kamar untuk keperluan yang memang seharusnya.

Anak Tetap Memakai Pakaian yang Sopan

Baik anak saya maupun temannya harus berpakaian sopan. Biasanya kan anak kami kepanasan kalau di rumah jadi pakai pakaian minim untuk mengatasi gerah. Nah, saat temannya ada kebiasaan itu tidak boleh dilakukan. Meski sama-sama perempuan sebab aurat antar sesama perempuan pun kami yakini tetap harus dijaga masing-masing.

Durasi Tidak Seharian

Bisa dibayangkan kalau teman anak ada di rumah seharian. Namun, beda lagi kalau memang harus menginap dengan alasan tugas atau urgent lainnya. Tidak masalah asalkan tidak mendadak dan harus diskusi dengan kami dulu sebagai orangtua.

***

Well, saya memang bukan tipe orangtua yang selalu memberikan izin ke anak untuk bermain di rumah temannya. Sebab, apa yang saya akan rasakan tentu dirasakan juga oleh orang tua teman si anak. Makanya selalu menerapkan etika agar anak juga ketika berada di lingkungan selain di rumah bisa bersikap sopan dan menjaga adab.

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like