Ketika Anak Sakit, STOP Lakukan Ini!

Hindari Lakukan Ini Ketika Anak Sakit

Anak Sakit. Dua kata yang sangat membingungkan orang tua. Pasalnya, anak belum mampu mengutarakan apa yang dirasakannya dengan detil layaknya orang dewasa. Kalau sudah di atas 7 tahun sih lumayan aman karena bisa diajak untuk menceritakan keluhan yang dialami. Namun, bagaimana jika masih balita atau bahkan dua tahun saja belum sampai?

Hmm, pastinya banyak orang tua yang kebingungan, panik bahkan menangis mungkin. Tidak sedikit pula orang tua yang anaknya sakit tetapi bisa tetap tenang. Saya? Pastinya bukan dari bagian keduanya karena saya bisa saja panik dan tenang tergantung penyakit si anak.

Ujian di Awal Tahun 2024

Nah, kebetulan di awal tahun 2024 ini saya mendapatkan ujian yang tidak biasanya. Ya, tidak biasa karena harus menemani si anak bungsu yang baru berusia 18 bulan di rumah sakit. Kecurigaan dokter Radang Paru dan kondisi si anak kebetulan juga sudah dehidrasi sehingga harus segera diinfus.

Anak Harus Diinfus

Kaget. Ya, siapa yang tidak kaget kalau anak harus diinfus. Membayangkan tangan mungil disuntik jarum yang lumayan besar dan dipasangkan infus itu benar-benar sanggup membuat air mata saya jatuh. Bahkan seketika saya harus membatalkan kontrak kerja sama karena harus stay di rumah sakit beberapa hari.

Segera mungkin dilakukan cek ke Laboratorium Radiologi kemudian persiapan masuk ke kamar rawat inap. Sementara proses pemasangan infus, dokter sudah datang dan membawa kabar bahwa kecurigaannya benar kalau anak saya Radang Paru.

“Ibu tenang ya. Mari kita bersama-sama banti si baby S3 ini sembuh. Bertahap ya Bu. Sabar!”

Kalimat di atas adalah kabar baik dan buruk yang jadi satu tetapi entah rasanya memang sedikit membuat ketegangan saya mereda. Saking tegangnya, gendongan bayi yang saya bawa bisa ketinggalan di ruang tindakan tersebut. Al hasil, saat kontrol tiga hari pertama pasca opname baru bisa mengambil gendongan tersebut karena kebetulan sekali jelang tahun baru, semua poli libur.

Bagaimana dengan pasangan? Awalnya saya berpikir semua berjalan baik-baik saja dalam artian pasangan bisa langsung memberi semangat waktu itu. Ternyata tidak! Saya tahu sikapnya yang seolah marah dengan keadaan bisa jadi dialami siapa saja. Namun, benar-benar hari itu saya shock karena semua saya lakukan hanya ditemani suster rumah sakit. Untungnya mereka semua merasakan bahwa kesendirian saya butuh untuk di-support sehingga bantuan mereka benar-benar sampai pada tahap saya bisa tenang untuk sesaat.

Hindari Lakukan Ini Ketika Anak Sakit

STOP Lakukan Ini Ketika Anak Sakit!

Anak sakit tentu mengabarkan ke keluarga terdekat. Sayangnya, saya harus menghindari komunikasi via telpon karena ternyata respon yang mereka berikan bukan sesuatu yang membuat ketegaran saya meningkat. Justru sebaliknya.

Saya dianggap bodoh dan tidak becus mengurus anak. Huhu… apakah mereka sebecus itu sehingga anak-anak mereka sehat tumbuh tanpa masalah? Mboh wes…

Dari kejadian itu kemudian saya merenung dan mencoba menuliskan ini bahwa ketika mendengar anak saudara atau anak teman sedang sakit dan harus rawat inap, maka jangan lakukan ini kepada orang tuanya:

Menyimpulkan Penyebab Sakitnya Si Anak

“Oh, mungkin itu karena kebanyakan pakai kipas.”

“Itu kebanyakan diajak keluar main di playground.”

Rentetan kalimat-kalimat yang sok tahu akan penyebab penyakit si anak itu memang menyakitkan jika didengar orang tuanya. Merasa bersalah bahkan mengutuk diri sendiri pun bisa terjadi. Jadi, tolonglah kalau tidak paham bagaimana anak itu tumbuh di lingkungannya, tidak perlu mengatakan hal demikian.

Memangnya tahu seberapa sejuk kota Surabaya sehingga tidak perlu kipas angin? Memangnya pernah ada anak yang bermain di playground auto Radang Paru? Pastinya tidak, bukan?

Dokter saja yang memiliki pengetahuan mengenai penyakit si anak tidak pernah menjadikan alasan itu semua yang menyebabkan si anak sakit. Jadi, simpan sok tahu itu untuk hal-hal yang pas saja.

Menyerbu Pertanyaan via Media Komunikasi

Ada juga tipe orang yang kepo-nya level dewa sehingga bertanya nyaris setiap waktu tentang kondisi si anak. Peduli? Oh, terima kasih tetapi kalau sampai mengganggu istirahat orang tuanya karena terus bertanya, tolong hindari. Apalagi kalau tidak dijawab langsung menelepon itu sungguh menyusahkan.

Orang tua tidak bisa menjawab pertanyaan mungkin masih lelah, menemani si anak agar tetap bisa nyaman meski tangannya diinfus, bahkan aktivitas lain yang menyibukkan orang tua si anak. Jadi, harusnya bisa memahami.

Menghakimi Ibunya Teledor Menjaga Anak

“Ibunya kemana saja kok bisa anaknya sakit begitu?”

“Ngapain aja bundanya di rumah, jaga kesehatan anak saja tidak bisa.”

Huhu… kalimat-kalimat di atas itu sungguh menyakitkan. Apalagi kalau tahu si ibu punya anak lebih dari satu. Jaga anak satu aja itu sudah sangat menguras tenaga dan pikiran apalagi tiga.

Kalau anak jatuh sakit sementara sudah diupayakan sedemikian rupa tapi tetap sakit, apakah itu kesalahan ibunya? Apakah anak tidak boleh sakit memangnya?

Ah, padahal yang komentar demikian juga adalah orang-orang yang punya anak lebih dari satu. Bahkan yang bikin mengelus dada karena komentar datang dari orang yang belum nikah dan orang yang belum punya anak. Ajaib sekali mereka ya karena sudah paham teorinya tetapi aplikasinya saja belum dilakukan tetapi sudah bisa menghakimi.
Sekilas tentang Radang Paru

Menurut dr. Irma Lestari Paramastuty, Sp.A, M.Biomed, banyak hal yang bisa menjadikan anak Radang Paru. Lingkungannya ada perokok, sirkulasi udara tidak baik, bahkan memang kontak dengan orang yang memiliki masalah dengan paru-parunya.

Namun, beliau juga menenangkan karena tindakan saya sudah tepat untuk segera bawa anak ke dokter. Sebab tidak ada yang bisa dilakukan lagi jika semuanya terlambat. Mumpung masih sangat ringan, maka diobati dan disemangati akan membaik pelan-pelan.

Pastinya Radang Paru ini bisa sembuh dan bisa terkena lagi jika memang penyebabnya ada di sekitar. Jadi perlu waspada selalu dan tidak perlu panik agar tetap bisa berpikir positif.

***

Well, seberapa pun kamu mengetahui tentang penyakit yang diderita anak teman atau anak saudara tersebut, cukup sampaikan dengan kalimat yang tidak menggurui. Dengan begitu, ibu atau orang tua yang memiliki anak sakit tersebut tidak merasa dihakimi karena dianggap teledor menjaga anak.

Semua orang bisa jatuh sakit, parah atau tidak, itu semua kehendakNya…

0 Shares:
13 comments
  1. Kalau anak sakit emang jadi sedih ya dan makin sedih karena justru ibunya disalahkan oleh banyak orang. Siapa sih yg mau anaknya sakit? Bukannya menengok lalu kasih support malah nyalahin gt….

  2. Mbaa semoga sehat selalu ya semuanya. Kalau anak sakit memang benar kata bapak aku, orang tua jauh lebih sakit…aku baru bisa merasakan pas udah punya anak. Serba nggak enak, nggak nafsu makan.. tapi harus makan seperti biasa. Cuaca memang nggak menentu ya mba,nggak ada yg mau sakit jg. Jadi artikelnya pas nih untuk pengingat diriku saat jenguk orang sakit.. makasih ya mbaa

  3. Baby S3, semoga lekas sehat yaa. Eh udah tinggal kontrol aja kan?
    teringat SID waktu bayi, baru 2 minggu kena radang paru. Duh perasaan bersalah menghantuiku, mbak. Kayak ga becus ngurus anak, telat bawa ke dokter, dkk.
    wes, bismillah fokus ke kesehatan diri dan keluarga dulu yah mbak Amma.

  4. Peluk mak Rahmah… Memang harus dibantakin sabarnya kalau memiliki anggota keluarga atau teman yang perti itu. Semoga si kecil lekas pulih ya mak, biar bisa main lagi. Jangan dengarkan omongan-omongan sumbang.

  5. Semoga si kecil lekas sehat ya mbak
    Duh, sapa tu yang suka menghakimi ibu saat anak sakit, minta ditampol ya haha
    Padahal anak sakit bukan salah ibu

  6. Saat anak sakit memang kepanikan tingkat dewa yang luar biasa. Jangankan terjadi sama anak-anak, anak gadisku saja kalau sakit aku panik. Biasanya aku tenangkan dengan tarik nafas dan bawa anak ke klinik terdekat rumah, biar dokter menyimpulkan sakitnya apa

  7. Yang dibutuhkan seorang Ibu ketika anak-anaknya sakit hanya support dan doa. So baiknya hati2 juga sih untuk ngomong yang enggak2 krn bs jadi bikin down dan ga kondusif untuk caring anak. Ibu butuh banget mental yang kuat, karena pasti deh ada rasa guilty feeling jd tanpa di judge juga kita -ibu2 udah cukup berat goncangan mentalnya

  8. Iya ih, kalau anak sakit yang diinterogasi ibunya. Parahnya yang ointerogasi malah keluarga terdekat, trus nuduh2 ibuknya gak becus apalah, saaadd. Makanya aku kalau tahu ada anak temen atau asaudara sakit wes gak mau nanya2 detail, cukup doakan kesembuhannya aja. Soalnya pernah ngrasain sendiri menjelaskan tu capeeekk. Iya kalau ke satu org lha kalau ke segerombolan nitijen hahaha.
    Semoga si kecil selalu sehat2 seterusnya yaa mbak aamiin.

  9. Enggak tahu mengapa mereka gitu ya. Anak kita sakit mereka ngomongnya asal bunyi. Ya kali kita sengaja bikin anak sakit, kan gak begitu, ya.

    Terus, ada pula yang sok iye ya, padahal dia belum punya anak. Haaa… lebih sebel lagi kalau ada yg pura-pura peduli tapi aslinya hanya kepo tingkat dewa.

    Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang seperti itu ya, Mbak. Kalau ada suadara/teman/kerabat yang anaknya sakit, kalau kita gak bisa bantu ya cukup kuatkan hati ibunya.

  10. Setuju banget nih, jangan men just si ibu kalau anak lagi sakit, ibu mana yang mau mencelakai anak, dalam keadaan seperti itu panik pasti tapi kita mesti tenang dan tetap berfikir rasional

  11. Yang paling tepat sebaiknya mendoakan dan menguatkan si ibu yaa.. jangan ditanya banyak2 dulu karena menjawab pertanyaan itu pasti melelahkan. Manalah kondisi sedang tidak nyaman malah diberondong pertanyaan dan tidak dibantu sama sekali yaa.. Insya Allah dirimu sehat dan kuat selalu, Ama.

  12. Semoga mb Amma diberikan kesehatan juga agar bisa selalu mendampingi anak2 dg dalam keadaan sehat. Ibunya harus sehat agar semu urusan bisa diatasi dg baik mb Amma. Semangat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like