Ketika Anak Sudah Mulai Berbohong pada Orangtua

“Bu, mohon maaf saya info kalau si kakak tadi saya tanya kenapa PRnya tidak dikerjakan. Katanya dia pergi sama orangtua keluar kota sehingga lupa mengerjakan PR. Apakah benar Bu?”

“Wah, kok bisa dijawab begitu ya Bu. Kami tidak kemana-mana sepekan ini.”

“Berarti si kakak bohong ya, Bu. Saya bantu jelaskan kalau bohong itu tidak baik.”

“Baik, Bu. Terima kasih. Nanti kalau si kakak pulang juga akan saya coba tanyakan.”

***

 

Ya, makin beranjak ke kelas lebih tinggi maka pergaulan pun makin luas. Pola pikir anak juga makin berkembang. Namun, jika terdapat rintangan atau kendala tentu jadi deg-degan sendiri.

Contohnya adalah anak sulung ketahuan bohong. Ya, berbohong memang salah satu sifat dan karakter anak yang tidak bisa dibiarkan terus tumbuh. Kalau sudah besar bisa jadi penipu ulung. Setidaknya itu pesan almarhum bapak ketika mengajari saya dan ketiga adik agar menghindari sifat yang satu ini.

Apa itu Bohong?

Bohong kalau dicek di KBBI artinya adalah menyatakan sesuatu dengan tidak benar alias tidak sesuai fakta yang ada. Memang tidak sedikit yang anggap bahwa bohong itu dosa kecil, tetapi jika dijadikan habit, maka seterusnya akan menjadi penipu ulung.

Cara Menghadapi Anak yang Berbohong 

Lalu, kasus si kakak yang seperti di awal artikel ini harus seperti apa sebagai orangtua? Hmm, pastinya saya shock sekali karena di rumah kami tidak pernah mentolerir sikap bohong seperti itu meski hal sepele. Sepahit apa pun katakan dengan jujur. Itu prinsip saya dan pasangan.

Nah, ketika dihadapkan pada kasus si kakak bohong maka saya dan pasangan mengambil tindakan:

Menenangkan Diri Dahulu 

Ya, kalau hati dan pikiran tenang, ketika berhadapan dengan anak akan lebih nyaman. Sebisa mungkin kami meredam emosi. Meski si kakak tahu kalau saya kadang suka kelepasan marah. Namun dia akan memahami karena memang ada yang salah sedang terjadi.

Begitu juga suami, kadang ketika saya kelepasan emosi eh ikut emosi juga. Jadi, kami sepakat untuk menenangkan diri dahulu. Pun si kakak didiamkan akan berpikir kesalahannya karena kedua orang tuanya sedang diam.

Cara Menghadapi Anak yang Berbohong

Buka Komunikasi dengan Anak 

“Kakak, katanya ada PR tapi lupa dikerjakan ya. Sudah dikerjakan?”

Kalimat pembuka yang biasanya saya haturkan agar makin membuat si kakak siap menjawab setiap pertanyaan berikutnya. Dia pasti yakin pertanyaan itu sudah ada hubungannya dengan kesalahan yang dilakukannya.

Setelah dijawab barulah saya menjelaskan bahwa jawabannya pada guru sebagai alasan tidak mengerjakan PR itu keliru. Termasuk berbohong. Tentu kami orangtua tidak suka.

Menanti si kakak menjelaskan kenapa berbohong, kami pun menjelaskan lebih detil lagi bahwa sikap seperti itu tidak baik dan tidak bisa terulang kembali.

“Kalau ketahuan bohong lagi, kakak harus menerima konsekuensinya. Bunda sama ayah enggak mau punya anak suka berbohong.”

Setidaknya itu kalimat penegasan dari saya atau ayahnya. Tergantung siapa yang bisa melanjutkan diskusi.

Introspeksi sebagai Orang Tua 

Kadang tanpa sadar kita sebagai orang tua yang mencontohkan berbohong, lho. Kok gitu? Ya, kadang hal sepele banget kita luput dan tetap jatuh pada hukum berbohong.

Misalnya, kita sedang malas bertemu tetangga kemudian kita berpesan ke anak kalau ada yang datang bilang saja ayah atau bunda sedang keluar. Namun, ini tidak pernah terjadi sih. Hanya terjadi di masa kecil saya dulu, hiks. 

Kadang juga kita bilang “tidak ada uang” ketika anak ingin belanja atau jajan di sekitar rumah. Padahal kita masih punya uang hanya saja tidak memberikan ijin ke anak untuk jajan. Ya, harusnya introspeksi dan mengubah kalimat tersebut dengan kalimat lain. Misalnya, “hari ini tidak bisa jajan karena uangnya untuk keperluan lain.”

Beri Hadiah Jika Jujur 

Salah satu apresiasi orangtua adalah beri hadiah jika berupaya semaksimal mungkin tidak berbohong setiap hari. Tanamkan dalam diri anak bahwa jujur itu akan membawa nasibnya ke depan akan mujur. Jauh dari kesusahan. Jadi penting mereka tahu makna jujur.

Jangan Memukul Anak sebagai Hukuman Berbohong 

Saya adalah produk trauma masa kecil. Ketika berbohong sekali maka kedua telapak tangan akan bengkak dipukul mistar panjang. Nah, anak-anak sekarang tidak perlu dihukum demikian sebab menjelaskan ke anak pun sudah banyak medianya. Memukul anak sama saja memberikan trauma yang susah hilang. Apalagi jika karakter anak pendendam. Sungguh menyesal orangtua-nya di masa depan akan dibalas si anak dengan perlakuan kasar pula.

***

Well, anak yang mulai berbohong tentu ada pemicunya. Sebagai orangtua perlu memahami dengan baik karakter masing-masing anak. Jika memang punya lebih dari satu anak. Jangan pernah tinggalkan komunikasi produktif agar anak mau terus berbagi dan mendahulukan orangtua ketika mendapatkan masalah apa saja.

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like