Masa Depan Anak vs Masa Lalu Orang Tua

masa depan anak dan masa lalu orang tua

“Pokoknya kamu setelah kuliah harus cari kerja. Tidak boleh nganggur. Kerja.”

Saya masih ingat dengan kalimat mama dulu sesaat sebelum sidang skripsi. Beliau berharap saya mendapatkan pekerjaan, dapat uang dan bisa dijadikan bahan pembicaraan dengan tetangga karena berhasil jadi manusia. Ya, keberhasilan manusia pada zaman saya belasan tahun yang lalu adalah kerja dan punya uang.

Bagaimana dengan bapak saya? Untungnya beliau lebih open minded. Setelah lulus S1 beliau ingin saya segera S2 agar ilmu di S1 masih sangat segar untuk dijadikan bahan belajar di S2. Jujur saya sebenarnya lelah, tetapi untuk menghindari tekanan dari mama, maka lanjut belajar lebih baik agar ada alasan ketika mama ditanya tetangga perihal apa yang dikerjakan oleh anak sulungnya.

Sempat menjadi Dosen tetapi Resign 

Saya tidak tahu apakah ada hubungannya dengan doa mama atau tidak, pastinya saat ini sudah tak lagi berprofesi sebagai dosen. Alasan utama saya resign adalah sudah menikah dan mengandung anak pertama. Kondisi LDM atau long distance marriage waktu itu tak sanggup saya jalani. Masa iya saya menjalani hamil sendirian di kamar kos karena tempat mengajar berbeda pulau dengan tempat kerja suami. Palangkaraya – Surabaya adalah jarak yang cukup jauh untuk bertahan.

Awalnya saya mengira suami mau ikut untuk memulai usahanya di Kalimantan. Pikir saya di sana peluangnya sangat besar. Namun, untuk memulai semuanya dari 0 ternyata butuh dana yang 0-nya banyak. Akhirnya setelah istikharah saya pun memilih resign dan sekarang tinggal di pulau Jawa bersama suami dan anak-anak.

Pengalaman menjadi dosen membuat saya punya bekal cerita ke anak-anak kalau bunda mereka toh sudah berusaha sebaik mungkin tetapi mengikuti suami karena ikatan pernikahan menjadi jalan yang mengubah ekspektasi.

Apakah Anak Harus Jadi Dosen?

Tidak. Namun, sebagai orang tua harus memberikan penjelasan mengenai pekerjaan tersebut sebagai cita-cita dari bunda mereka. Siapa tahu ada yang ingin meneruskan dengan alasan yang sama. Namun, perlu ditekankan bahwa pada dasarnya semua pekerjaan baik asalkan dikerjakan dengan sepenuh hati dan membawa kebaikan pada sekelilingnya.

“Bunda, Salfa jadi youtuber saja boleh?”

Seketika sore ditemani hujan lebat yang tak kunjung berhenti saya dikagetkan dengan celetukan anak sulung. Ternyata selama ini dia sering memerhatikan di youtube beberapa orang yang pandai berbicara dan menjelaskan apa keahlian mereka. Salah satunya youtuber yang melakukan review terhadap mainan bahkan daily life-nya dengan menarik dan tentunya menggunakan bahasa Inggris. Sejak saat itu, anak saya belajar bahasa Inggris langsung dari percakapan youtuber sehingga saat ini saya pun bisa mengajaknya ngobrol dengan bahasa asing tersebut.

Apakah suami saya setuju? Jangan ditanya karena jawabannya pasti iya. Beliau tidak ingin anak-anak saya didik terpaku dengan pekerjaan hanya seputar PNS saja. Baginya, semua pekerjaan di dunia ini tidak mungkin diciptakan kalau tak memberikan manfaat apa-apa. Bahkan beliau sangat tidak senang jika ada yang mengelu-elukan PNS tetapi lupa dengan esensi PNS itu sendiri.

“PNS tetapi jam kerja malah di pasar.” 

Salah satu celetukan suami dan memang nyata kami lihat di depan mata seperti itu. Untungnya sekarang pelan-pelan kebijakan bagi PNS makin diperketat dan memang sudah seharusnya demikian karena mereka digaji dari uang rakyat, bukan? Jika tidak amanah dengan pekerjaannya ya sama saja dengan melakukan kesalahan.

Pelajaran dari Masa Lalu Orang Tua untuk Masa Depan Anak

Saya lahir dari keluarga yang mengagungkan pekerjaan PNS, sampai sekarang. Keluarga suami pun demikian. Perlakuan terhadap anak dan menantu yang bukan PNS terkadang terlihat nyata, padahal yang non PNS penghasilannya masih lebih besar, haha. Belum tahu saja mereka apalagi memang penampilan mendukung untuk dipandang sebelah mata.

Ya, penampilan biasa-biasa saja menjadi pilihan kami meski bisa saja memperlihatkan lebih. Namun, ini juga bentuk pendidikan kami ke anak-anak bahwa meski punya uang bukan berarti harus dipamerkan. Cukup diri dan keluarga inti yang memahami sejauh mana kesanggupan kita. Selama kebutuhan pokok terpenuhi, maka itu sudah cukup. Selebihnya jadikan tabungan untuk masa depan yang rintangannya masih misteri.

Profesi apa pun kelak di masa depan yang mereka jalani, semuanya pasti baik asalkan memang diraih dengan kerja keras dan doa yang tidak putus.

***

Well, apa pun yang kelak menjadi jalan kehidupan anak-anak kami pada setiap masa depannya, orang tua hanya mampu untuk terus mendoakan tanpa henti. Bahkan berharap semua yang terjadi adalah yang baik-baik saja. Jika pun terjadi hal tak sesuai kehendak, kami berharap mereka selalu siap dalam mencari solusi.

0 Shares:
22 comments
  1. Aah suka banget sama tulisannya. Ini juga yang sedang aku tanamkan ke anak-anak. Terserah mereka mau jadi apa ketika besar nanti asalkan profesi yang mereka jalani itu halal dan bermanfaat untuk orang lain. Perkara profesi tertentu gajinya besar dan yang lainnya kecil, menurut aku itu balik lagi ke rezeki masing-masing dan apakah kita bisa bersyukur atau nggak.

  2. halo halo… pertama kali main di istana cinta Mbak Amma dan keluarga.
    eh rupanya udah lama banget menulis di blog ini yah mbak.
    tentang masa lalu yang harus kerja tertentu itu yah mungkin jadi luka bagi orang tua masa kini. Prinsipku kalau aku merasa tidak enak melakukannya maka jangan ku lakukan ke anak-anak supaya sakitnya tidak terulang.

  3. Buat orang tua, tanpa kita sadar kadang tuh memaksakan impian, cita-cita, atau ketidaktercapaian sesuatu pada anak. Selain pekerjaan, kadang juga keahlian tertentu kayak contohnya anak harus bisa bahasa asing A karena ibu atau bapaknya nggak kesampaian belajar. Makanya cita-citaku tuh membebaskan anak belajar apa yang dia mau dan mencoba mengerti dari sudut pandangnya.

  4. Sebagai orang tua aku merasa muris sih kalau pencapaian anak yang menurut mereka sudah luar biasa tapi gk dipandang karna bkan pns ..pns bukan ukuran kesuksesan sih biasa aja kalau buat aku heheh yg penting anak bisa berkarya dimanapun bidangnya

  5. Ibuku PNS tapi malah ga mau anaknya jadi PNS. Wkkka beliau teemasuk strik kalau aku kerja yg fulltime gitu karena beliau ngerasa krg waktu ketika kami msh kecil. Aku udah berkali2 resign mba. Hbs kuliah krja di Jogja. Resign krn menikah ikut suami ke Jkrta. Alhmdulillah dpr kerjaan jd apoteker di RS. Lalu lahiran resign lg krn pulkam ke Jogjga. Lalu jadi freelancer dan skrg mulai ngantor lg jd dosen insyaallah stlh 2017 lulus s2

  6. Beruntung saya tidak ada paksaan dari keluarga harus mengikuti jejak orang tua, jika pun sempat saya ingin menjadi dosen bukan karena paksaan orang tua. Bahas soal PNS, kalau keluarga saya kayaknya sama dunia PNS biasa saja mba, saya waktu itu lolos sampai tahap akhir buat dosen di salah satu kementerian tapi penempatannya di luar pulau ibu saya malah ga ngasih. Jadi kayaknya buat orang tua saya biasa aja hehehe. Semoga nanti dapat keluarga suami yang ga mengagungkan PNS juga, karena di swasta bisa jadi penghasilannya lebih besar seperti yang mba bilang

  7. Hihi anak jaman sekarang emg pilihan pekerjaannya semakin beragam. Jadi sebenernya nggak heran kalo ditanya cita2 pada jawab youtuber, selebgram, atau bahkan blogger (ada nggak ya? 🤣)
    Menurutku ini bagus karena anak jd bisa mengikuti perkembangan jamannya. Cuma emg butuh pengawasan extra apalagi jaman skrg bnyk youtuber bikin konten kurang bijak kayak prank misalnya 🥲 sedih akutu

  8. Kadang ya memang begitu. Aku beruntung lahir dalam keluarga yang membebaskan anak-anaknya berkreasi sesuka hati.

    Kita punya pekerjaan itu bagus. Tapi kalau pun mau jadi freelancer dan selalu berada di rumah juga nggak masalah.

    Menurut orang tuaku selagi bisa bertanggung-jawab dengan semua pilihan itu ya boleh saja.

    Cuma yang jadi masalah adalah orang tua lain yang ada di luar keluarga utama. Bawelnya mashaAllah.

    Pertanyaan kenapa kok nggak kerja seringkali terlontar. Bikin gemes.

  9. Nah ini versi orang tua kekinian yang demokratis nih. Saya suka saya suka…
    Memang ya orang tua kan hanya diamanahi untuk membimbing dan mendidik. Bukan mencetak mereka menjadi apa yg orang tua inginkan. Over all saya setuju banget dalam pola didik terhadap buah hatinya ini

  10. Ya begitulah. Orang tua jaman dulu begitu. Saya juga mengalaminya sendiri. Belum lagi tekanan tetangga. Yang pada akhirnya saya terjun di perusahaan swasta.

    Banyak yang bilang, “Kerja di situ mah gak perlu kuliah, lulus SD aja bisa.”

    Ada juga, “Capek-capek kuliah, buang duit, ujung-ujungnya kerja di PT. Sayang ijazahnya gak digunakan daftar PNS,”

    Dan lain-lainnya. Padahal, semua pekerjaan, yang penting halal, menurut saya sama berharganya.

  11. Sampai sekarang, orang tua zaman old memang masih mengagungkan PNS ya Kak, yang dipandang lebih dari pekerjaan lainnya.
    Padahal seiring dengan waktu dan zamannya, anak juga berhak untuk bisa menjalani apa pilihan mereka selagi mereka nantinya bisa mempertanggungjawabkan pilihan pekerjaannya itu ya.
    Anyway keren nih Kakak Salfa, sudah berani ungkapkan cita-citanya yang luar biasa 🙂

  12. Keren mbak Rahmah cara mendidik ke anak-anak yang menginspirasi daku kedepannya nanti.
    Dibebaskan kepada anak apapun yg jadi profesinya, yang penting bekal bermanfaatnya sudah ditanamkan ya

  13. anakku juga ada yang mau jadi youtubers ada juga yang mau jadi pengusaha, suamiku hang PNS aja mau resign hahah entahlah kini jalani aja dulu dan apapun cita-cita anak-anak kami mendukung dan mengarahkan saja

  14. Ya begitulah adanya mbak, profesi PNS dianggap lebih menjanjikan bagi orang tua. Padahal sebenarnya kita masih bisa dapat penghasilan biarpun cuma dasteran

  15. rata-rata kalo keluarga berlatar belakang PNS pasti anak-anaknya harus jadi PNS juga, saya ngalamin banget mba. waktu saya bilang mau kerja dan punya usaha ortu menolak keras. tapi akhirnya luluh juga karena berkali-kali saya menolak mengikuti ujian CPNS. saya menyesal? tentu tidak. saya lebih happy dengan hidup saya sekarang yang dijalani dengan passion saya. dan jalan itulah yang ingin dilakukan anak-anak saya, pilihan ada di tangan mereka dan bakat mereka juga. saya dan pasangan bertugas membimbing dan support secara materil dan spiritual.

  16. Impian semua orangtua tuh sama ya..
    Streotipe hidup enak dan nyaman ya kerjaannya kudu yang gajinya pasti setiap bulan, sehingga minim resiko.
    Aku rasa itu doa dari setiap orangtua. Semoga apapun doanya, anak-anak bisa memilih jalannya sendiri dengan bebas, sebebas ketika orangtua memberikan banyak informasi mengenai masa depan yang akan mereka pilih beserta konsekuensinya.

  17. Pernah mengalami hal serupa, tapi tidak ekstrim sih. Cuma memang orang tua menekankan pentingnya mencapai sesuatu saat sudah dewasa, apa pun itu, selama baik dan bisa bermanfaat. Dan pada akhirnya, ya itu terbawa juga sih ke anak. Membebaskan mereka memilih jalan sendiri, tapi dengan support dan arahan lebih baik daripada memaksakan

  18. yess pastinya semua orang tua menginginkan yang terbaik buat anak-anaknya.
    Dan kata-kata dari orang tua yang sering kita denger “sekolah yang tinggi, biar gedenya ga kayak orangtua”, dari hal ini orangtua bener bener ingin melihat anak-anaknya sukses
    dan dulu pandangan orang terhadap PNS kayak punya prestige gitu ya, apa-apanya terjamin sampai nanti-nanti
    meskipun kedua ortuku PNS semua, tapi aku malah ga tertarik, temen temenku kayak “menyayangkan”, tapi aku nanggepinya biasa aja. Lah wong nggak suka kok dipaksa, aneh aja malah

  19. Wah Sama, apalagi keluarga suami dari 10 anak mertua, hanya 4 yang bekerja, swasta termasuk pak suami. Dan menantu2 mertua hampir semuanya seprofesi, PNS. Jadi pas jadi butuh, ya gitu, apalagi pas nganggur. Overthinking jadinya

  20. Setuju banget mbak, jangan sampai anak harus menuruti segala kemauannya orang tua dalam hal berkarir. Biarkan anak memilih jalannya sendiri. Gak mesti jadi PNS untuk sukses apalagi di era sekarang ini. Karena semua profesi yang diraih dari hasil kerja keras dan doa sama bagusnya 🙂 suka banget sama artikelnya

  21. Kalau ortuku karena mereka lebih ke wiraswasta jadi malah nggak pengin anaknya jadi PNS.Dulu adikku pas abis lulus kuliah pernah mau daftar jadi PNS tapi malah gak diijinin. Jadi ya sekarang ketiga putri bapak malah jadi ibu rumah tangga semua meski semua kuliah di PTN yang ternama.

    Cuma adikku paling kecil yang nerusin usaha bapak. Lainnya jadi ibu IRT kayak aku di rumah aja

Leave a Reply to Yanti Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like