Menikah dalam Perspektif Takdir dan Nasib – Mungkin ada yang bertanya, mengapa saya memilih judul ini sedangkan saya sudah menikah hampir 5 tahun dan dikaruniai 1 anak perempuan. Hmm… kebetulan ada yang menarik untuk saya sehingga akan membahas masalah pernikahan ini.
Kalau saya ditanya, menikah itu nasib atau takdir? Maka jawaban saya adalah takdirNya. Karena segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti sudah menjadi kehendakNya. Tetapi, jika masih ada yang bertanya, saya kan punya pilihan untuk tidak menikah jika saya mau. Ya, kembali lagi bahwa apapun pilihan saya dan bagaimanapun yang terjadi dengan usaha saya, suka atau tidak suka semuanya sudah diatur olehNya.
Bukankah kita sebelum terlahir ke dunia ini sudah melakukan perjanjian sebelumnya denganNya? Bahkan apa saja yang akan terjadi dalam kehidupan kita, sudah tercatat di Lauhul Mahfuz. Ada yang bisa berubah namun semuanya tetap atas kehendakNya juga. Duh, saya pusing bacanya kalau penjelasan seperti ini. Hmm… memang sih bakalan ada kebingungan. Namun, percaya sajalah bahwa tidak aka nada sesuatu yang terjadi di dunia ini tanpa sepengetahuan dan kehendakNya. Bahkan selembar daun yang gugur pun tidak luput dari penglihatan dan ketentuanNya.
Nah, soal menikah ini saya jadi ingat salah satu teman blogger yang baru saja menikmati honeymoon di luar negeri. Kebetulan juga karena beliau memang sudah tinggal di sana bersama suaminya. Mungkin sudah ada yang kenal? Namanya Mbak Esther. Dan sebenarnya postingan ini lahir karena terinspirasi tulisannya di blog, Menikah itu Nasib atau Takdir. Di situ para pembaca diminta menuliskan opininya di kolom komentar, tetapi saya menjawabnya dengan postingan, haha.
-Menikah itu ibadah- ada komentator yang menjawab demikian di blog Mbak Esther. Ya, tidak salah memang karena dalam agama saya mengatakan demikian juga. Salah satu jalan menggenapkan separuh agama dengan menikah. Lantas, bagaimana dengan yang tidak menikah? Agamanya nggak genap dong. Hmm… panjang deh jika mau dibahas lebih lanjut dan bisa-bisa saya menulis banyak ayat-ayat di postingan ini, haha.
Intinya, menikah itu saat ini terkadang dianggap sesuatu yang menakutkan karena terlalu banyak hal yang serba di-wah-kan. Mulai dari masalah mahar sampai gedung yang akan digunakan untuk menjamu para tamu undangan. Apalagi di kampung saya, sangat-sangat membuat laki-laki harus berusaha keras mengumpulkan uang berates-ratus juta hanya untuk menikah.
Terkadang saya jadi berpikir, enak ya Mba Esther yang bisa menikah dengan beda Negara. Banyak cerita pastinya yang bisa dituangkan dalam tulisan blog. Saya sering stalking akun media sosial Mbak Esther di Instagram @estherariesta. Di sana ada foto-foto tentang keseharian Mba Esther plus beberapa quote yang bikin senang berlama-lama melihat satu demi satu fotonya. Bahkan ada satu video didalamnya dimana caption-nya sangat mengena dengan pernikahan: Kamu harus memahami tentang dirimu sebelum kamu menginginkan hubungan jangka panjang atau menikah dengan seseorang.
Ya, saya sepakat dengan kalimat tersebut. Karena sejatinya pasangan kita adalah tidak lain cerminan diri kita sendiri. Untuk itu, memang harus memperbaiki diri sebelum merencanakan untuk menikahi seseorang. Menikah bukan persoalan satu dua hari, melainkan sepanjang masa kehidupan.
Oiya, jika ingin bertanya bagaimana bisa menikah beda Negara dan apa saja yang harus dipersiapkan, bisa hubungi Mbak Esther, ya.
Esther Ariesta
IG: @estherariesta
FB: Esther Ariesta-Rantanen
Blog: www.estherariesta.com
2 comments
Bahas ginian nih aku mestubkeinget qada dan qadar, adak sedikit bingung tapi mengasyikkan, eaaa.
pasangan itu biasanay sekufu ya Amma