Menstimulasi Anak dengan Matematika Logis (Day 5): Besar dan Kecil – Memiliki anak yang sangat aktif, justru membuat saya semakin semangat menjalani hari (meskipun terkadang ada kondisi dimana saya jenuh). Hari ini terlihat bahwa keaktivan si kecil membuat saya kemudian mendapatkan celah untuk mengajarkan tentang sesuatu yang besar dan kecil.
Ya, hari ini Salfa menanyakan kapan bisa punya adik juga karena dia bosan sendirian. Ah, pagi-pagi saya dibuat senyum sendiri melihat tingkahnya. Sambil menggendong boneka yang berbentuk bayi, Salfa mengajak saya diskusi:
“Bunda, adek bayi kok belum lahir? Kan mau makan bubur…”
“Lho, memangnya Salfa beneran mau adik?”
“Iya, Nda. Salfa kan sudah besar jadi bisa gendong adek.”
“Kalau ada adik, bukan hanya digendong nanti. Disayang, dijaga, diajak main bersama, berbagi makanan dan semuanya.”
“Ooo begitu ya, Nda?”
“Iya.”
Salfa ternyata masih excited untuk membahas soal adik. Saya pikir saat bermain setelah diskusi membuatnya sedikit lupa. Ternyata tidak seperti itu.
“Bunda, ini buat adek.” (menyodorkan semangkuk kerupuk yang isinya hanya beberapa)
“Kok sedikit, Fa?”
“Kan adek masih kecil. Salfa sudah besar jadi makannya juga banyak.” (sambil memegangi perutnya yang dibusungkan)
“Ouh begitu. Jadi kalau sudah besar, makannya banyak ya?”
“Huum, Nda.”
“Lalu kenapa Salfa kalau diajak makan Bunda, nasinya nggak habis?”
“Karena perutnya Salfa kecil, nggak muat. Kenyang, Nda.”
***
Well… besar – kecil untuk hari ini cukup sampai di sini. Seperti terbaca dari percakapan di atas, besar dan kecil sudah dipahami meski masih dalam konteks sederhana. Ke depannya akan diberikan stimulasi yang berbeda untuk konsep besar dan kecil ini. Bundanya masih mencari ide.