Menstimulus Anak dengan Matematika Logis (Day 12) : Antri di Puskesmas – Sudah hampir sebulan gigi saya mengalami ngilu luar biasa hingga mengganggu proses mengecap. Otomatis saya tidak bisa tinggal diam karena rasanya kalau makan seperti tidak dikunyah dengan baik. Ya, geraham kanan sedang bermasalah lubang. Huft, gigi berlubang memang bukan lagi hal baru dalam hidup saya. Jauh sebelum saya punya anak, saya sudah sering bertemu dengan dokter gigi.
Lalu apa hubungannya dengan Salfa dan Matematika Logis? Kebetulan sekali hari ini Salfa belajar lagi hal baru. Tentang antri di puskesmas dan nomor antrian plus sabar menunggu giliran. Saya memang sebenarnya telat untuk datang ke Puskesmas. Harusnya jam 7 sudah menunggu di sana, tetapi karena si Ayah akhirnya kita berangkat kesiangan (jam 09.00 WIB). Saya pun sudah mulai bda mood karena pas tiba di Puskesmas, antrian sudah mengular.
“Antriannya banyak sekali. Dapat nomor banyak deh.” (keluhku yang ternyata diamati si Salfa)
“Nomor berapa, Nda?”
“23.”
Lalu Salfa kemudian dengan karakteristiknya yang nggak bisa diam akhirnya muter-muter aja di ruang tunggu. Sampai kemudian Salfa ditanya sama seorang ibu yang anaknya sudah SD.
“Nak, kamu namanya siapa?”
“Salfa.”
“Umur berapa?”
“3 taun. Antri Bunda nomor dua dan tiga.”
“Oh nomor 23. Gimana nomor 23 itu?”
Salfa lalu mengangkat jarinya dengan angka 2 dan tiga.
“Wah, pintar sekali.”
***
Memang menuliskan angka Salfa baru mampu angka 1, 0 dan 7, tetapi ketika melihat angka, insya Allah sudah bisa disebutkan meski kadang sembilan, sepuluh bahkan empat masih sering lupa. Tetapi setidaknya hari ini belajar bahwa antri di Puskesmas juga ada hubungannya dengan angka.