Ketika Anak Setiap Hari Ditinggal Kerja Ayah Workaholic

Ketika Anak Setiap Hari Ditinggal Kerja Ayah Workaholic

“Bu, ayahnya mana?”

“Diantar siapa ke sini Bu? Ayahnya mana?”

“Ayahnya bisa disuruh masuk, Bun jika ada di luar.”

Dan berbagai kalimat yang sudah sering saya terima di telinga perihal sosok ayah ketika anak-anak berada di luar rumah atau di tempat tertentu tetapi tidak melihat laki-laki dewasa.

Sebenarnya saya tidak masalah. Sebagai istri memang harus sabar selalu. Dituntut harus ikhlas menjalani kehidupan suami istri yang tidak selamanya mampu tampak berdua atau lengkap sebagai keluarga di tempat publik.

Mengapa? Katanya kalau sabar makin meluas dan makin lama, kelak akan bisa masuk surga karena tetap mengikuti kemauan suami selagi tidak mengajak ke dalam kemaksiatan.

Hmm… tetapi belakangan ini, anak kedua saya selalu tanya mengapa ayahnya jarang terlihat ketika pergi bersama atau mungkin sekadar ke taman untuk bermain sejenak.

“Ayah kok belum pulang?”

“Ayah di mana? Kok gak ikut jemput?”

“Ayah kok telat jemputnya?”

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang keluar dari bibir mungilnya. Saya pun jadinya mendadak sedih saja karena dulu bapakku tidak demikian. Beliau kerja tetapi punya jam kerja. Memang sih kalau pekerjaan swasta atau membangun usaha sendiri itu sebebasnya kita mengatur jam libur dan istirahatnya. Namun, bagi ayahnya anak-anak, bekerja itu menyenangkan. Makanya saya berani mengatakan bahwa dia workaholic garis keras.

Lalu, ketika anak kemudian mencari jawab dari contoh pertanyaan di atas, maka saya pun melakukan hal berikut:

Menyampaikan ke Anak bahwa Bekerja adalah Tanggung Jawab Laki-Laki Dewasa dalam Hal Ini si Ayah 

Saya menyampaikan ini agar anak-anak tahu bahwa ayahnya laki-laki yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sekolah, jajan, jalan-jalan semuanya butuh biaya makanya ayah mereka kerja keras agar semua tercukupi dan tidak ada yang merasa terabaikan kebutuhannya.

Ayah Sudah Antar Jemput Sekolah artinya Ayah Selalu Ada

Ini yang saya sampaikan juga. Khususnya pada anak kedua karena merasa sosok ayahnya kurang banyak hadir.

“Ya ayah memang antar jemput sekolah tetapi jarang di rumah.”

Kalimat bernada protes ini memang sedikit menyayat, haha. Sebab saya pun merasa kesepian juga. Namun, saya selalu yakinkan anak-anak bahwa meski tidak selalu ada di rumah tetapi ketika kebutuhan mereka harus segera dipenuhi, ayah selalu ada.

Antar jemput ini paling vital karena saya tidak diijinkan bawa kendaraan sehingga tugas anjem anak sekolah diserahkan sepenuhnya ke ayah. KECUALI ketika si ayah sakit, mau tidak mau bunda harus bergerak dan menikmatinya dengan ojek online, hehe.

Ayah Kerja Butuh Doa Anak Shalih/ah

Supaya juga tidak larut dalam kesepian, maka saya sampaikan ke anak agar selalu mendoakan kesehatan pada ayahnya supaya tetap semangat bekerja. Meski jarang di rumah setidaknya selalu ada doa yang mengalir agar ayah mereka selalu dalam lindunganNya.

***

Well, tidak semua anak punya ayah. Tidak setiap anak juga bisa bertemu ayahnya. Hal ini karena banyak faktor tetapi masih lebih beruntung anak yang ayahnya workaholic. Jadi, ambil hikmahnya dan terapkan ke anak-anak agar mereka juga paham maksud dan tujuan “orang dewasa” gila kerja seperti itu.

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like