Anak jadi lupa gawai, memang bisa?!
Pertanyaan ini tentu menjadi hal yang banyak dilontarkan oleh orang tua. Di era yang begitu menyihir fokus perhatian anak-anak menatap layar daripada membaca buku atau bermain di teras depan rumah, sanksi jika mereka bisa melupakan penggunaan gawai.
Bermain di dunia nyata saat ini tidak terlepas gawai di tangan anak-anak. Bercanda Bersama teman digunakan melalui berbagai aplikasi yang saling menghubungkan. Anak pun menjadi generasi yang selalu tunduk, bukan karena patuh tetapi karena yang dilihat adalah benda kecil dalam genggaman. Begitu nyaman dilihat berjam-jam. Bahkan membuat orang tua menjadi kesal sendiri. Seolah menyesal mengenalkan gawai sebab tidak sedikit yang abai dengan tanggung jawab sebagai anak dan siswa.
Dari Keresahan Muncul Ide Dolanan
Saya tak mengenal Achmad Irfandi jika tak muncul konsep bermain tanpa gawai. Keresahan akan dunia digital yang mewarnai perjalanan hidup anak-anak zaman ini, membuatnya melahirkan sebuah kegiatan di mana anak sejenak melupakan gawai.
Konsep bermain yang berada di sebuah desa jauh dari hiruk-pikuk kota memang membuat anak-anak mampu melupakan gawai. Uniknya, berkegiatan di lokasi ini pun membuat orang tua tak sekadar mengantarkan anak bermain tetapi juga ikut berperan di dalamnya.
Bonding anak dan orang tua pun bisa terus terjalin di tempat ini. Orang tua bisa sejenak melupakan aktivitas gulir media sosial dan hanyut bersama kegiatan yang ditawarkan.
Ya, Dolanan Tanpo Gadget yang akhirnya menjadikan sebuah tempat bernama Kampung Lali Gadget (selanjutnya disebut KLG) pun makin ramai diingat hingga kini sejak tahun 2018.
Tujuh tahun yang sampai sekarang masih bertahan bahkan saya pun akhirnya bisa bermain bersama anak di sini karena kerja sama sekolah dengan KLG. Ya, sejak diberikan kesempatan menjadi Desa Sejahtera Astra (DSA) tahun 2018, KLG tak padam dan melahirkan berbagai inovasi-inovasi kegiatan.
Kegiatan wisata rutin tahunan sekolah menjadikan KLG sebagai salah satu program sehingga melihat langsung bagaimana keseruan anak-anak bermain air dan lumpur menjadi sebuah aktivitas menyenangkan. Langka banget bisa melihat anak tertawa riang tanpa dibatasi ruang geraknya.
Berlarian ke sana kemari. Basah-basahan karena memastikan roket air mampu melaju jauh dan kencang hingga bermain kekompakan dengan sarung.
Aktivitasnya tak hanya bisa dilakukan anak-anak saja. Orang tua pun bisa ikut beraktivitas bersama. Bahkan menangkap lele untuk dibawa pulang juga menjadi bagian unik yang tidak bisa diperoleh di sembarang tempat.
Kampung Lali Gadget, Tak Sekadar Kampung tetapi Gerakan Nasional
Keresahan kemajuan teknologi digital yang menyasar anak-anak ternyata bukan lagi masalah sekelompok orang tua. Ini adalah masalah nasional. Apalagi banyak kasus kesehatan, baik fisik maupun mental, membuat masyarakat resah. Tidak sedikit anak yang harus dirawat secara intensif karena kecanduan gawai dan tontonan sehingga mindset dan jiwa anak terganggu.
Namun, tidak sedikit juga orang tua yang berperilaku bodo amat. Alasannya karena gawai membantu mereka dalam pengasuhan. Anak jadi anteng sementara mereka bisa bekerja dengan tenang.
Di sinilah KLG menjadikan kehadirannya tak lagi semacam tempat dolanan anak tanpa gawai begitu saja. KLG tergerak untuk menyuarakan betapa bahayanya gawai yang dibiarkan menjadi teman anak tanpa pengawasan ketat. Media sosial KLG pun ramai menggaungkan dan mensosialisasikan betapa pentingnya waktu orang tua dan anak tanpa gawai, bahaya gawai dan informasi-informasi terkait yang mampu membuat Masyarakat online paham akan hal tersebut.
Makin banyak yang re-share, re-posted atau semisalnya maka makin mudah untuk kemudian menjadi semi viral di lini masa setiap orang tua. KLG juga yakin bahwa masih ada orang tua yang benar-benar ingin anaknya tak menjadikan gawai sebagai perusak masa depan anak-anak mereka.
Raih Penghargaan SATU Indonesia Awards
Achmad Irfandi yang menjadi penggagas KLG ini memang bukan pemuda biasa. KLG yang berlokasi di Dusun Ngumbuk, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur ini memang jauh dari perkotaan.
Tujuan dan harapan Achmad Irfandi mengenai KLG saat ini dan di masa yang akan datang sepertinya akan terus diperjuangkan. Apalagi mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2021 pada kategori Pendidikan. Ini menjadi pemicu semangatnya untuk mengajak tim KLG untuk terus mengembangkan areanya sebagai tempat dolanan yang benar-benar no gawai.
Sebagai orang tua yang anak-anaknya pun sudah terpapar dengan gawai, sudah saatnya ikut menjadikan harapan KLG terwujud. Mensukseskan KLG dengan mengajak anak bermain dengan sepuasnya di sana. Lupakan gulir lini masa untuk mendapatkan informasi menghibur karena ada dolanan yang jauh lebih memghibur anak-anak di sudut kampun sederhana ini.
Yuk, #SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia bersama KLG karena KLG pun tak akan bisa seperti sekarang tanpa kolaborasi berbagai pihak, khususnya orang tua yang ingin hidupnya anaknya seimbang dalam memaknai kemajuan teknologi.
#APA2025 – PLM
***
Referensi:
- Mengenal Kampung Lali Gadget; https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/mengenal-kampung-lali-gadget-wadah-permainan-tradisional-bagi-anak-sidoarjo/, diakses tanggal 4 November 2025
- Majalah ASTRA https://astramagz.astra.co.id/, diakses 4 November 2025



