“Bun, jangan lupa hari ini menerima rapor sisipan ananda, ya.”
Begitu bunyi pesan WhatsApp yang masuk ke ponsel saya. Jika saja tidak menerimanya kemarin maka hari ini benar saya lupa kalau ada jadwal penerimaan rapor di sekolah.
“Kok bunda tidaj baca WAG sekolah saja?”
Hmm, beberapa kali saya harus mematikan notif agar tidak menganggu. Pasalnya ada saja wali murid yang share apa saja tanpa filter. Makanya saya sangat berterima kasih karena sekolah pun menyetujui langkah saya yang jarang buka ponsel.
Wali murid bar-bar memang ada di mana-mana makanya sangat tidak senang jika menjadikan grup untuk umum sebagai tempat untuk “buang share apa saja”. Beberapa kali juga sudah minta sekolah menutup WAG agar selain admin tidak perlu berkomentar. Namun, lagi-lagi banyak wali murid yang bertanya ini dan itu, jadi kalau ditutup akan kasihan juga para guru kena japrian.
Lalu, masalahnya di mana soal rapor? Hmm, sebenarnya tidak terlalu serius tetapi kalau melihat fenomena wali murid yang mengambil rapor anaknya, kadang merasakan sesuatu yang berbeda. Apalagi kalau harus menghadapi wali kelas yang “tidak biasa”. Makanya saya coba share pengalaman menghadapi wali kelas saat pengambilan rapor anak:
Pastikan Datang dengan Hati Tenang dan Pikiran Jernih
Tidak semua wali murid bisa mendengar kekurangan anaknya. Bahkan jika disampaikan dengan cara yang tegas oleh pihak wali kelas, biasanya ada rasa yang tak biasa di hati kita sebagai wali murid, betul? Namun, namanya anak sekolah dan ada wali kelas yang menangani tentu lebih tahu kondisi anak setelah diajar di sekolah.
Nah, tetaplah tenang mendengarkan meski mungkin itu tegas dan apa adanya. Saya lebih suka sekolah, wali kelas, yang to the point dan menceritakan apa adanya soal anak. Jika ada kekurangan di sekolah, maka waktunya kita minta perhatian wali kelas agar bantu memerhatikan anak selama di sekolah. Jangan terbawa emosi langsung dan berdebat dengan wali kelas.
Tidak Membantah dan Dengarkan dengan Saksama
Wali kelas menceritakan soal kondisi anak sebatas yang dilihatnya selama beberapa jam saja. Namun, bukan waktunya kita jadi nge-gasss dan tidak menerima masukan apa pun. Justru dengarkan dan kalau perlu dicatat sehingga sampai di rumah bisa dievaluasi bersama pasangan.
Jangan bantah dan dengarkan saja sambil catat yang penting sebab tidak dipungkiri kalau wali kelas senang dengan anak kita, maka dia pun akan mengajar jauh lebih tenang.
Ajak Diskusi untuk Cari Solusi Bersama
Nah, ini yang penting juga. Kalau wali kelas kita ajak diskusi, maka pasti akan ada imbasnya ke anak. Wali kelas akan makin yakin bahwa kita sebagai orang tua punya perhatian khusus untuk anak kita. Kalau ada masalah bisa dicari solusinya bersama.
***
Well, selalu dukung anak atas segala pencapaiannya yang dilakukan selama di sekolah. Jangan sampai anak merasa tertekan sehingga belajar tak lagi menyenangkan tetapi malah menyiksa. Kasihan anak kelak di masa depannya.