“Mbak, yakin bawa balita? Di Commuter tidak ada kursi lho.”
“Masa sih mbak gak ada kursi? Penumpang segitu banyak masa iya berdiri semuanya?”
“Ya ada, Mbak. Tetapi rebutan. Takut jenengan tidak bisa dan terjadi hal yang tidak diinginkan bagi si balitanya.”
“Hmm, insya Allah banyak orang baik.”
***
Keyakinan itu membuat saya akhirnya paham bahwa di mana-mana, adab itu harus selalu nomor satu. Apa hubungannya dengan anak balita yang naik commuter?
Ada. Ketika berada di dalam kendaraan publik sambil membawa anak, maka anak akan terdistraksi dengan berbagai hal. Anak akan berkeliling tatapannya untuk melihat dan mengenali tempat baru yang dikunjungi. Nah, dari situ kemudian anak akan melihat teman sebayanya atau bahkan berteman dengan penumpang lain yang lebih dewasa karena berani bicara itu penting.
Ketika anak sudah bisa bicara dengan jelas, tidak akan ada lagi kesempatan untuk memerhatikan lainnya. Kita akan fokus ke anak, memberi sugesti bahkan ada juga yang mengancam. Nah, si anak akan mendengar ketika posisinya sedang tidak nyaman di pangkuan bunda karena ingin berjalan di atas gerbong. Nah, mulai tidak anteng karena ingin tahu semua.
Kalau sudah seperti ini, maka saya pun mengeluarkan jurus menggendong sambil ubun-ubun dan telingaya saya bacakan doa. Saya bacakan doa agar dipermudah dan si anak baru boleh rewel atau menangis sampai di rumah saja. Bahkan biasanya lupa dengan “rewel” itu sendiri karena masih terdistraksi dengan berbagai hal.
Apakah berhasil? Kadang berhasil cuma sekian menit. Setelahnya berusaha untuk melakukan hal lain lagi. Kalau sudah seperti ini, saya biasanya menggendong pangku sambil membisikkan kalimat:
“Nak, bunda cuma berdua dengan kamu. Tolong bantu bunda ya, diam saja.”
Biasanya anak akan membalas dengan senyuman dan pelan-pelan akan memahami. Namun, jangan pernah berhenti untuk mengingatkannya.
Selain itu, saya juga melakukan dzikir untuk si anak dan ditiupkan ke ubun-ubunnya. Hasilnya, anak memang lebih tenang tetapi kebanyakan tidur. Nah, kalau tidur usahakan doa tadi tiada henti. Sesekali diusapkan ke ubun-ubun anak bacaan doa yang sudah kita ucapkan.
Jika demikian masih belum anteng juga, coba tanya si anak mau makan apa? Dari situ akan fokus ke makanan tetapi pastikan dapat kursi dulu sebelum beli makanan. Commuter kursinya sedikit tetapi penumpangnya banyak jadi pastikan si kecil tidak dititipkan ke siapa-siapa.
Ajak anak bercanda. Ini juga masukan buat. Anak dalm coding memang memiliki nilai Q yang di atas rata-rata. Selain mengikat bonding, juga mengikat memori anak bahwa di commuter saja aku bisa main sederhana dengan teman sesama penumpang
***
Well, jangan pernah takut untuk mencoba. Anak-anak memang tidak akan pernah bisa diprediksi tingkah lakunya. Namun, sebagai orang tua harus terus-menerus menjadikan adab sebagai pendidikan utama diberikan ke anak. Sebab meski anak lincah, pintar tetapi tak ada adab, maka nilainya tetaplah 0 bahkan minus.