“Bun, kalau bunda meninggal aku sama siapa?”
“Lho, kok pertanyaan tiba-tiba begini? Ada apa? Habis baca buku?”
“Bundaaa… aaaaaaaa… ” Suara tangis anak saya pun pecah.
Memang si sulung ini sangat perasa dan peka. Makanya saya menebak bahwa dia bertanya seperti itu karena habis baca buku atau semacamnya.
“Itu bundanya temenku di kelas sebelah meninggal. Aku jadi mikir, dia nanti sama siapa? ‘Kan ayahnya juga sudah tidak ada.”
“Ooo… yaa sama keluarganya yang lain. Ada nenek, kakek, om dan tantenya.”
“Bunda jangan meninggal ya. Temeni aku terus. Aku ga bisa kalau bunda gak ada. Gimana aku bisa belajar? Gimana aku bisa jaga adek-adek.” Si kakak bicara sambil menangis jadi mau tidak mau membuat saya pun ikut menangis.
“Ya Allah, Nak. Doa sama-sama ke Allah supaya kita bisa lama sama-samanya. Bunda ya pengen lihat kakak kerja, nikah dan punya anak juga.”
“Bundaaa. Janji yaa. Jangan meninggal ya.”
“Hmm… bunda gak bisa janji, Nak. Cuma Allah yang tahu semua itu. Yuk, kalau sudah selesai menangisnya, ambil wudhu terus salat Isya dulu sebelum tidur.”
***
Huhu… percakapan dengan anak sulung saya memang sering sedih seperti ini. Saya dituntut untuk tampil tegar tetapi rasanya tidak bisa. Dia harus paham juga bahwa saya sebagai bundanya juga sayang dan tidak mungkin mau meninggalkannya begitu saja.
Jika bukan ajal, mereka bertiga insya Allah selalu dalam dekapanku dan perlindunganNya. Namun, namanya kematian ya mau tidak mau, suka atau tidak, tetap akan terjadi.
Lalu, ketika anak seperti itu, saya harus bersikap seperti apa?
Tetap Tenang Meski Ikut Menangis
Ya, saya paling tidak bisa menahan air mata ketika melihat orang menangis di samping saya. Drama atau film saja bisa bikin saya menangis apalagi anak sendiri yang datang tersedu-sedu dan meminta peluk serta keyakinan untuk tetap kuat.
Saya tetap tenang dan membiarkan anak mengalirkan rasa di dalam hatinya. Sebab, dari situ saya bisa memahami bahwa kelembutan hatinya memang perlu distimulasi agar benar-benar bermanfaat tidak hanya untuk dirinya tetapi juga orang lain.
Pahamkan Terus bahwa Kematian Urusan Tuhan
Anak tidak boleh berpikir bahwa kematian itu bukan karena urusanNya. Justru anak harus makin tertanam dalam dirinya bahwa kematian itu hanya Tuhan yang punya hak. Meski saya sebagai orang tuanya tidak mau meninggal, tetapi ketika batas usia sudah sampai, tidak bisa berkata apalagi. Yaa meninggal dunia.
Maka si kakak saya pesankan terus harus berdoa kepada Tuhan dan meminta panjang umur serta keberkahan kehidupan. Selalu disiapkan untuk menghadapi namanya kematian.
Pesan yang Harus Selalu Disampaikan Jika Ayah Bunda Meninggal Lebih Dulu
“Mbak, tolong jaga adik-adik ya. Jangan sampai bertengkar. Tolong bunda dan ayah agar bahagia di alam kubur dengan tetap akur sesama bersaudara. Jangan terpisah hanya karena urusan yang tidak layak dijadikan alasan terpecah.”
Si kakak harus diberitahu bahwa tanggung jawabnya adalah sebagai bentuk hormat dan percayanya orang tua padanya. Jika diminta menjaga adik-adik artinya, si kakak memang mampu untuk itu.
“Selalu ibadah dan doakan ayah bunda serta kita dipertemukan kembali di surga.”
***
Well, kita memang tidak tahu akan kemana kita bersama anak. Apakah sampai tua atau sebelumnya. Pastinya kita berharap anak-anak siap dengan segala kondisi yang ada. Makanya perlu kekuatan dan kesabaran orang tua dalam mendidik anak agar mereka memahami setiap kondisi dan survive selalu.