“Bun, kenapa aku tidak tinggi seperti temanku?”
“Ayah, kulitku kok tidak seputih teman kelasku?”
“Ayah, kok wajahku mirip bunda, bukan mirip Ayah?”
***
Ya, di atas adalah pertanyaan tentang body image anak pada orang tua terkadang sulit dijawab langsung tanpa menyakiti perasaan anak. Namun, bukan berarti bawah orang tua tidak bisa dan anak bukan berarti pula tak boleh menanyakan itu.
Awalnya ketika si sulung berusia 5 tahun dan mulai sekolah, dia bertanya soal tinggi badannya yang berbeda dari teman-temannya. Dia merasa sangat kecil. Namun, saya bilang bahwa namanya usia 5 tahun yaa memang kecilnya harus demikian.
“Apakah anak saya puas? Oh, tentu tidak. Deretan pertanyaan lainnya pun muncul. Saya kewalahan karena takut jadi merendahkan temannya atau diri si anak. Soalnya kami tidak pernah mengajari si anak untuk body shaming ke temannya.
Belum lagi di sekolah ada temannya punya badan yang tinggi dan gempal. Dia selalu dijadikan bahan tertawaan teman yang lain. Anak saya pun bertanya,
- “Mengapa bertubuh besar itu tidak boleh?”
- “Apakah gemuk itu dosa? Apakah nanti teman saya seperti ayah gendutnya karena dari kecil sudah gendut begitu?”
Hmm, bisa dibayangkan kebingungan saya, bukan? Nah, ternyata jawaban saya saat itu membuatnya makin besar makin tidak mau gendut dan tidak mau kulitnya hitam seperti ayahnya.
Jawaban saya saat itu karena anak-anak itu mengikuti warna kulit dan bentuk tubuh orang tuanya. Kalau anaknya pendek yaa mungkin orang tuanya juga pendek. Ternyata ini jadi boomerang seiring waktu. Harusnya saat menjawab tidak demikian tetapi lebih kepada melakukan diskusi pada anak sesuai dengan usianya.
? “Kok, aku tidak setinggi temanku?”
>> “Ouh, memangnya kenapa mau setinggi teman? Apakah dengan tinggi yang sekarang kamu merasa tidak nyaman di sekolah?”
Jika pun tidak ingin melakukan pertanyaan atau diskusi karea situasi dan kondisi tidak memungkinkan, maka bisa dijawab demikian
>> “Nak, semua orang punya ukuran badan berbeda. Berat badan, tinggi badan, bentuk wajah, bentuk mata dan semua yang ada di dalam tubuhmu tidak ada yang akan sama. Itulah hebatnya Tuhan, bukan?”
Jawaban ini bisa diberikan pada anak yang usianya sudah 7 tahun ke atas. Sebab, dia sudah mengenal konsep dirinya, baik di sekolah maupun di rumah.
Bagaimana kalau anaknya usia di bawah 7 tahun? Bagaimana menjelaskannya?
Anak usia di bawah 7 tahun itu masih membutuhkan jawaban pendek tetapi pas. Kalau diberi jawaban panjang dia akan bosan dan cepat berlalu dari hadapan kita. Sebab, daya nalarnya belum berjalan dengan baik. Bahkan kadang masih nanya berulang terus, bukan?
Jawaban ketika ditanya pertanyaan tersebut untuk anak di bawah 7 tahun, maka sebaiknya menjawab saja
>> “Anakku, Tuhan ciptakan kita punya bentuk tubuh dan warna kulit yang tidak sama.”
Bagaimana jika anaknya sudah remaja? Hmm, pastikan tidak menjawab asal-asalan dan menyakiti perasaannya. Meski fakta terkadang memang sakit.
>> “Sebab, kamu dilahirkan berbeda karena saling melengkapi dengan yang lainnya. Kamu tinggi bisa melengkapi temanmu yang tubuhnya tidak setinggi kamu.”
***
Well, pertanyaan anak tentang konsep diri dan body image-nya memang akan makin seru untuk terus dibahas sebenarnya. Namun, percayalah ketika orang tua selalu siap dengan mengisi tangki-tangkinya dengan ilmu dan cinta atas amanah yang dititipkan olehNya, maka semua akan berjalan dengan baik. Anak pun makin percaya diri dan tidak malu dengan apa yang ada padanya.