Ketika Anak Kalah Lomba Menyambut Kemerdekaan

Anak Kalah Lomba 17an

“Hu… hu… hu… ”

Terdengar tangisan anak saya ketika pulang dari lomba yang diadakan oleh RT. Kebetulan sekali lombanya memang di dekat rumah. Makanya suara riuh warga yang ikut serta pun tampak sangat meriah terdengar dari rumah.

Sudah kebayang kalau anak-anak saya semangat ikut lomba. Bahkan anak kedua yang masih jelang 5 tahun pun sangat semangat. Tahun lalu memang sempat juara. Bahagia sekali dia sebagai peserta paling kecil.

Namun, tahun ini mereka berdua tidak menang sama sekali. Saya yang tahu kalau mereka sedih pun harus segera mempersiapkan hal agar mereka bisa tenang dan legowo. 

Namanya lomba tidak mungkin ‘kan menang semua. Pasti ada yang kalah ada yang menang. Lalu apakah yang saya lakukan hingga anak bisa tenang kembali?

Terima Perasaan Sedih Mereka 

Ya. Anak-anak juga manusia. Mereka tidak selamanya tertawa. Kadang kala harus menangis untuk mengekspresikan perasaan yang sedang mereka rasakan. Jangan sampai kemudian dipaksa diam dan perasaan sedih itu menggunung dan meledak dengan cara yang tidak diinginkan.

Makanya, ketika anak menangis ketika kalah lomba, ayah bunda harus terima perasaan itu. Berikan waktu mereka menangis. Biarkan sejenak mereka mengeskpresikan perasaannya.

Sambil berkata:

“Oh, sedih ya Nak. Boleh menangis. Silakan. Tapi jangan lama-lama ya.”

Ketika sudah mengatakan hal seperti itu, kemudian anak akan memvalidasi emosinya bahwa itu sesuatu yang wajar dan ayah bunda menerima itu.

Anak Kalah Lomba 17an

Berikan Penjelasan Soal Menang-Kalah 

“Kalah? Ya tidak apa-apa. Kan sudah berusaha semaksimal mungkin. Kalau kalah artinya ada yang lebih bisa dengan kekuatannya.”

Kalau anak masih memberikan respon tidak terima, coba katakan lagi:

“Ya, kan tahun lalu sudah menang. Tahun ini artinya disuruh lebih sabar dan berlatih untuk tahun depan. Lombanya banyak gerakan jadi nanti jangan sering-sering main gadget supaya terbiasa geraknya.”

Nah, ini juga bisa jadi salah satu jalan untuk menghimbau ke anak-anak bahwa berkegiatan dengan aktivitas fisik itu sangat mendukung kelenturan tubuh. Kalau hanya main gadget maka kelenturan itu akan terkikis pelan-pelan.

“Yuk, tenang lagi. Tahun depan kita coba lagi lomba lainnya.”

Memberikan Apresiasi Lebih dengan Menyebutkan Kelebihan Anak

“Tadi kan sudah berani ikutan lari kelereng. Artinya sudah bagus dan percaya diri. Tadi ditonton banyak orang tapi kakak/adik tetap semangat menyelesaikan lomba. Itu sudah keren buat ayah dan bunda.”

Apresiasi seperti ini bisa menjadikan anak jadi lebih semangat bahwa meski kalah tetapi dalam dirinya ada kelebihan yang bisa diapresiasi oleh ayah bunda.

Apresiasi juga bisa diberikan dengan bentuk lain, misalnya dibelikan makanan kesukaan karena sudah mengerahkan sekuat tenaga untuk ikut lomba dan sampai ke semi final misalnya.

Tidak Menjelaskan Kecurangan atau Lainnya 

Meski terlihat panitia ada kecurangan, tetaplah menjelaskan sisi positif kegiatan tersebut. Jangan sekali-kali mencela panitia yang kurang awas lah, beginilah begitulah. Jangan paksa anak ikut membenci kondisi tersebut. Jika anak yang merasakan ada kecurangan, biarkan anak menceritakan sesuai persepsinya dan ayah bunda bertugas untuk menetralisir perasaan itu dengan menjelaskan sesuai fakta tanpa menyudutkan panitia kegiatan.

***

Well, tetap semangat dan menyerah. Sebab, lomba seperti ini tidak seharusnya kalah terus atau menang terus. Pasti ada saja ujian yang datang menghadang ketika mengikuti lomba. Ekspektasi tinggi sebaiknya memang perlu diperbaiki lagi sejak dari rumah sehingga menang kalah tetap sama saja rasanya.

Artikel ini dipilih untuk dimasukkan dalam kampanye “Hari Kemerdekaan ke-79 RI” dari penerbit bahan ajar pendidikan Twinkl.

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You May Also Like